Advertorial
Intisari-online.com -Negara dengan layanan kesehatan maju seperti Amerika Serikat (AS) ternyata keteteran menghadapi wabah virus corona.
Banyak dokter yang menyebut rumahsakit tidak siap dengan lonjakan pasien corona.
Misal, daya tampung kamar tak mencukupi dan jumlah pasien melebihi jumlah ventilator.
"Kami akhirnya mendapatkan pasien positif pertama kami dan saat itulah semua kacau," kata seorang dokter kota New York kepada CNN.
Dokter yang berbicara kepada CNN dengan syarat anonim karena khawatir akan pekerjaannya itu, menggambarkan sebuah rumah sakit yang sangat tidak siap untuk masuknya pasien Covid-19 dimulai kira-kira dua minggu lalu.
"Kami tidak memiliki mesin ventilator, kami tidak memiliki tempat tidur," kata dokter itu.
Ia tidak menyangka ini terjadi di New York "Ini seperti jenis skenario negara dunia ketiga. Sangat mengejutkan," imbuhnya.
Pada awalnya, pasien corona yang masuk lebih banyak mereka yang masuk kelompok usia 70 tahunan plus.
Namun dalam seminggu terakhir ini ada beberapa pasien yang lebih muda dari 50 tahun.
Pakar kesehatan masyarakat, termasuk ahli bedah umum Dr. Jerome Adams telah mengingatkan bahwa AS bisa "menjadi Italia," di mana dokter di rumah sakit yang dipenuhi pasien corona terpaksa dirawat ransum dan memilih siapa yang mendapat ventilator.
Italia saat ini mencatat korban meninggal paling besar di dunia karena corona.
Total 7.503 orang meninggal di Italia akibat corona.
"Kenyataannya adalah bahwa apa yang kita lihat sekarang di ruang gawat darurat kita sangat mengerikan," kata Dr. Craig Spencer, direktur kesehatan global dalam pengobatan darurat di NewYork-Presbyterian/Columbia University Medical Center di New York City.
Minggu lalu, kata Spencer, kami masih berbicara tentang satu atau dua pasien di antara lusinan pasien lainnya yang mungkin adalah pasien covid atau corona.
"Namun kemarin, hampir setiap pasien yang saya rawat adalah virus corona dan banyak dari mereka sangat parah. Banyak yang memakai tabung pernapasan," ujarnya.
Pejabat di negara bagian New York mendorong rumah sakit di seluruh negara bagian untuk meningkatkan kapasitas.
Negara bagian ini menampung lebih dari 6% kasus yang dikonfirmasi di dunia sejauh ini dan sekitar setengah dari semua kasus AS.
Di New York City, rencana juga sedang dibangun untuk membangun rumah sakit darurat dan mengisi ulang rumah sakit lain dengan 1.000 tempat tidur di Javits Center, menurut Gubernur New York Andrew Cuomo.
Selain itu, kata Cuomo, ribuan dokter dan perawat, yang sudah pensiun telah mendaftar sebagai tenaga kesehatan.
Menurut Cuomo, New York juga telah membeli 7.000 ventilator di samping 4.000 ventilator yang sudah ada di tangan.
Gedung Putih mengatakan AS akan menerima dua pengiriman 2.000 mesin minggu ini dari cadangan nasional.
"Tetapi negara membutuhkan 30.000 mesin ventilator," kata Cuomo.
Cuomo juga menjelaskan langkah ekstrem yang akan diambil rumah sakit untuk meningkatkan kapasitas mereka bagi pasien yang membutuhkan perawatan intensif.
"Kami akan mencoba prosedur eksperimental di mana kami membagi ventilator. Kami menggunakan satu ventilator untuk dua pasien. Sulit untuk melakukan, ini eksperimental, tetapi pada saat ini kami tidak memiliki alternatif," kata Cuomo.
Dr. Anthony Fauci, pakar penyakit menular Amerika Serikat mengatakan, pandemi seperti ini dapat membanjiri sistem apa pun di dunia.
"Tanpa ventilator yang cukup, saat itulah Anda harus membuat keputusan yang sangat sulit," ujarnya.
Bukan hanya New York yang merasakan tekanan.
Rumah sakit di seluruh AS mengalami lonjakan pasien, kekurangan peralatan pelindung diri seperti masker dan gaun, dan petugas perawatan kesehatan merasa bahwa mereka, keluarga mereka dan pasien mereka berada dalam risiko.
Seorang perawat di Virginia menggambarkan rumah sakitnya "sangat kacau," dengan unit gawat darurat di mana pasien Covid-19 yang potensial duduk di sebelah pasien dengan kondisi kesehatan lainnya.
"Anda memiliki pasangan lanjut usia yang mengalami nyeri dada duduk tepat di sebelah seseorang yang menderita batuk dan flu," katanya. "Aku pikir itu sangat gegabah."
Perawat lain di Georgia mengatakan dia berulang kali ditolak tes, bahkan ketika gejalanya sendiri memburuk selama seminggu. Perawat, yang telah merawat beberapa pasien yang meninggal karena pneumonia itu tidak pernah dites untuk Covid-19. Dia akhirnya diuji pada Selasa.
"Baru pada pagi ini aku akhirnya bisa dites," katanya sambil terengah-engah di antara batuk-batuk berat. "Itu gila. Dan itu menyebalkan. Kamu merasa harus berteriak untuk didengar."
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Kedodoran tangani corona, AS bisa menjadi seperti Italia