Diklaim Sebagai Pemakaman Ramah Lingkungan, Rumah Pemakaman Ini Makamkan Jenazah Untuk Jadikan Kompos: 'Keluarga Bisa Sebarkan Jasad di Bawah Pohon'

May N

Penulis

Diklaim dapat menyimpan karbon dan kurangi emisi karbon yang sebabkan perubahan iklim, perusahaan ini sediakan pemakaman pengomposan manusia

Intisari-online.com -Studi baru mengenai pelapukan menjadi kunci perusahaan pemakaman untuk kembangkan pemakaman yang ramah lingkungan.

Recompose, perusahaan yang gunakan studi tersebut jelaskan jika jaringan lunak manusia dapat melapuk seutuhnya dalam waktu 30 hari saja.

Mulai Februari ini, perusahaan di Amerika tersebut akan resmi buka jasa pelapukan jenazah manusia di Washington.

Menyimpan Karbon Lebih Banyak

Baca Juga: Kasus Klinik Aborsi Ilegal, Ada 1.632 Pasien dan 903 di Antaranya Telah Gugurkan Janinnya: Tak Hanya Wanita, Ternyata Aborsi Juga Menghantui Para Pria

Recompose mengklaim jika proses pelapukan jenazah manusia menyimpan lebih dari 1 ton karbon jika dibandingkan dengan kremasi atau penguburan tradisional.

CEO Recompose sekaligus pendirinya, Katrina Spade, katakan jika kekhawatiran mengenai perubahan ikli telah menjadi faktor penting yang setir orang-orang tertarik dengan jasa ini.

Mengutip dari wawancara dengan BBC News, Katrina menyebut "sudah ada 15 ribu orang yang mendaftar untuk program ini.

Baca Juga: Ustaz Ceritakan Kebaikan Ashraf Sinclair Semasa Hidup, Jadi Donatur Tetap di Yayasan Yatim : Setiap Dapat Rezeki Beliau Datang

"DPR juga sudah legalkan hal ini di Washington, yang menerima respon dari kedua partai, membolehkan isu ini lolos dari rapat DPR sejak pertama kali diajukan.

"Proyek ini telah dipercepat karena urgensi perihal perubahan iklim dan kesadaran bahwa kita harus lakukannya dengan benar.

Hasil penelitian tersebut, yang disebut Recompose sebagai dekomposisi organik alami, dipresentasikan di pertemuan Asosiasi Ilmu Pengetahuan Terapan Amerika di Seattle.

Menurut Spade, konsep yang diusungnya ini termasuk sangat indah, dan sudah ia pikirkan 13 tahun lalu saat ia mempertanyakan masa hidupnya di dunia.

Baca Juga: Ashraf Sinclair Meninggal Dunia Karena Serangan Jantung di Usia 40 Tahun, Ini Alasan Mengapa Banyak Orang Muda Sekarang yang Mengalami Serangan Jantung

"Saat aku meninggal nanti, planet ini, yang telah melindungi dan mendukungku selama aku hidup, bukankah seharusnya aku beri sesuatu untuk jasa terima kasih?"

Lalu, bagaimana cara pemakaman yang diusung oleh Katrina Spade ini?

Ia jelaskan dekomposisi dan rekomposisi itu berbeda.

Dekomposisi terjadi jika jasad ada di atas tanah, sedangkan rekomposisi terjadi jika jasad tercampur dengan tanah.

Baca Juga: Gudang Penyimpanan dengan Sistem Pendingin sebagai Cara Jitu agar Hasil Pertanian Tidak Cepat Membusuk

Dengan mengklaim jika dekomposisi organik alami mencegah 1.4 ton karbon dilepas ke atmosfer.

Jumlah karbon tersebut akan hilang jika tubuh mengalami kremasi.

Pemakaman tradisional Amerika, yang gunakan peti mati, juga menurut Spade menghabiskan karbon yang sama banyaknya.

Proses pemakaman ini termasuk baringkan tubuh di kotak tertutup dengan serbuk kayu, tanaman alfalfa dan rumput teki.

Baca Juga: Terkait Pensiunan PNS Dapat Rp 1 Miliar, Pimpinan DPR Setujui Usul Pemerintah, Simak Selengkapnya Berikut Ini

30 hari kemudian, sisa jenazah tersedia bagi saudara yang meninggal untuk ditaburkan di tanah atau menjadi pupuk bagi tanaman.

Meski cepat, hasil 30 hari tersebut didapatkan dari 4 tahun riset ilmiah untuk sempurnakan teknik dekomposisi.

Ilmuwan yang ahli di bidang ilmu tanah, Prof Lynne Carpenter Boggs diminta Spade untuk lakukan penelitian tersebut.

Baca Juga: Demi Bisa Berhaji ke Tanah Suci, Kakek 84 Tahun Ini Jualan Daun Kelor, Banyak Pembeli yang Baik Padanya, 'Lemah Teles, Gusti Allah Ingkang Mbales'

Penelitian tersebut dilakukan dengan kerjasama dengan 6 relawan.

Pengomposan bahan alami di dunia merupakan praktik yang telah dilakukan secara mutakhir di Washington.

Tugas Carpenter Boggs dalah mengadaptasi proses tersebut dengan subyek penelitian jasad manusia dan memastikan jika prosedurnya ramah lingkungan.

6 relawan yang diajak Carpenter Boggs dengan sukarela bersedia jasadnya dijadikan subyek penelitian setelah mereka meninggal.

Baca Juga: Ashraf Sinclair Meninggal Dunia Karena Serangan Jantung: 1 Bulan Sebelum Serangan Jantung, Tubuh Sudah Tunjukan 6 Sinyal Ini, Waspada!

Penelitian itu terasa sangat emosional bagi seluruh tim.

Profesor tersebut temukan jika jasad yang alami rekomposisi mencapai suhu 55 derajad Celcius selama beberapa waktu.

"Kami yakin bahwa telah terjadi kehancuran sebagian besar [patogen] dan obat-obatan karena suhu tinggi yang kami capai."

Recompose akan mulai bisnis mereka akhir tahun ini.

Baca Juga: Mengharukan, Demi Gelak Tawa Malaikat Kecil, Ayah di Suriah Ini Ajari Anaknya Tertawa Setiap Dengar Suara Bom: 'Dia Adalah Anak-anak yang Tidak Mengerti Perang'

Siapapun boleh mendaftar, tetapi untuk saat ini bisnis hanya legal di Washington saja.

Negara bagian Colorado sedang mempertimbangkan proses ini.

Sementara itu Katrina Spade yakin, hanya butuh waktu untuk membuat proses pemakaman ini legal di mana saja.

Baca Juga: Diduga Jadi Pemicu Meninggalnya Ashraf Sinclair, CrossFit Ternyata pernah 'Membunuh' Instrukturnya Sendiri

Artikel Terkait