Find Us On Social Media :

Seorang Wanita Tanam 17 Pohon Ganja untuk Obat Kanker: Peneliti Mengakui, Tapi Peringatkan tentang Efeknya Jika Memanfaatkanya Lewat 'Cara Populer' Ini

By Ade S, Selasa, 17 Desember 2019 | 12:00 WIB

Ilustrasi minyak ganja

Intisari-Online.com – Seorang wanita asal Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, ditangkap setelah pohon-pohon ganja ditemukan di rumahnya, Senin (16/12/2019) pukul 12.00 WIB.

Dalam rumahnya yang terletak di Kompleks Trinity tersebut, wanita berinisial RT tersebut diketahui menanam 17 pohon ganja.

"Wanita itu mengakui bahwa ia yang menanam tanaman diduga ganja tersebut," kata Kapolsek Cisarua, Kompol Ikhwan Heriyanto, melalui pesan singkatnya, Selasa (17/12/3019), seperti dilansir kompas.com.

RT menanam ganja kurang lebih 3 bulan lalu. Sebagian tanaman pun ada yang baru ditanam 1 minggu lebih.

Baca Juga: Polisi Bongkar Kasus Peredaran 80 kg Ganja di Kampus: Ini yang Terjadi pada Tubuh Jika Konsumsi Ganja

"Tanaman diduga ganja itu ditanam di pinggir pagar untuk diambil minyaknya dan dijadikan obat kanker," kata Ikwan.

Banyak yang meragukannya meski beberapa penelitian justru berhasil membuktikan manfaat ganja dalam penyembuhan kanker.

Bahkan, sebuah penelitian terbaru kembali membuktikan bahwa ada senyawa dalam ganja yang “secara signifikan” efektif dalam menghancurkan tumor kanker pada leukemia.

Seperti apa prosesnya?

Baca Juga: Polisi Temukan Ladang Ganja di Sumatera Utara, Luasnya 7 Hektar dan Nilainya Capai Rp52,5 Miliar

Penelitian itu mencoba menggabungkan pengobatan kemoterapi yang ada dengan cannabinoids - bahan kimia aktif dalam ganja. Hasilnya ternyata lebih bagus dibandingkan jika hanya kemoterapi.

Peneliti mengungkapkan bahwa dengan hasil itu dosis kemoterapi dapat ditekan menjadi lebih rendah, yang pada akhirnya akan meminimalkan efek samping kemoterapi ke pasien.

Hal lain yang terungkap dari penelitian itu adalah soal urutan pengobatan. Menggunakan cannabinoids setelah kemoterapi ternyata menghasilkan kematian sel kanker darah yang lebih besar.

Dr. Wai Liu, dari Universitas George St George, yang terlibat dalam penelitian ini mengatakan, "Kami telah menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa urutan penggunaan cannabinoids dan kemoterapi sangat penting dalam menentukan keefektifan pengobatan secara keseluruhan."

Pekan lalu, terungkap, penyanyi Olivia Newton-John berencana menggunakan minyak ganja dan pengobatan alami lainnya dalam memerangi kanker payudara yang menyerangnya.

Menurut putrinya, Chloe Lattanzi, bintang Grease yang berusia 68 itu telah memilih untuk mencoba zat kontroversial ini selain dengan pengobatan modern.

Nilai medis ganja memang menjadi perdebatan selama bertahun-tahun. Sementara itu banyak orang yang melaporkan bahwa kanker mereka sembuh setelah menggunakan ganja.

Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa turunan ganja atau ganja dapat membantu dalam mengobati mual dan muntah akibat kemoterapi. Sementara penelitian mengenai kemungkinan efek penyembuhan pada penyakit ini masih dalam tahap awal.

Tapi menurut Dr. Wai Liu, cannabinoids adalah 'prospek yang sangat menarik dalam onkologi'.

Baca Juga: Sampai Main Bunuh-bunuhan Antar Geng, Bisnis Baru Kartel Narkoba Meksiko Bukan Menanam Ganja Tapi Hasil Bumi yang Banyak Ditanam di Indonesia Ini

Urutan pengobatan penting

Dr Wai Liu dan rekan-rekannya mulai memeriksa efek kombinasi cannabinoids yang berbeda, yang lebih dikenal sebagai fitokanabinoid, melawan leukemia di laboratorium.

Mereka ingin menguji apakah perawatan kemoterapi yang ada bekerja secara efektif bersamaan dengan cannabinoid, dan apakah menggunakan obat dalam urutan yang berbeda memiliki efek.

Dalam laporan mereka, yang diterbitkan dalam International Journal of Oncology, tim tersebut mencatat bahwa fitokanabinoid memiliki 'aktivitas antikanker' bila berdiri sendiri dalam pengobatan.

Menurut para peneliti, ternyata sejumlah senyawa ini telah terbukti saling menguntungkan satu sama lain untuk membunuh sel leukemia dalam tes laboratorium.

Para periset memasangkan berbagai jenis cannabinoid dan menggunakannya dalam berbagai kombinasi dengan obat kemoterapi leukemia umum, yakni cytarabine dan vincristine.

Mereka menemukan penggunaan cannabinoid setelah kemoterapi menghasilkan induksi apoptosis yang lebih besar - atau kematian sel kanker.

Dr Wai Liu berkata, “Penelitian seperti yang kita lakukan bertujuan untuk menetapkan cara terbaik yang harus mereka gunakan untuk memaksimalkan efek terapeutik.”

Baca Juga: Terletak Jauh di Perut Bumi, Beginilah Penampakan Kebun Ganja Bernilai Rp19 Miliar yang Disembunyikan di Bawah Tanah

Tidak sama dengan merokok

Pusat Kanker Inggris mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik penelitian terhadap cannabinoid. Namun tetap harus disikapi dengan kehati-hatian.

Manajer senior informasi sains Anna Perman mengatakan, “Penelitian di dalam sel ini belum mengungkapkan bukti bahwa cannabinoids aman atau efektif untuk pasien.

"Peneliti telah mempelajari bahan kimia potensial perusak kanker yang ditemukan di ganja untuk sementara waktu - namun seperti pengobatan baru, ini hanya boleh digunakan untuk mengobati pasien jika sudah ada bukti bahwa mereka memeiliki hasil yang bagus.

'Ini bukan berarti mengecilkan arti cannabinoid. Bahwa tidak ada prospek ke depan bagi senyawa ini. Pusat Kanker mendukung uji klinis dari pengobatan kanker menggunakan cannabinoid ini.

"Tapi, kita masih memerlukan percobaan yang tepat untuk mengetahui apakah obat tersebut efektif, untuk jenis kanker apa, dan berapa dosisnya."

Para peneliti itu sendiri mengatakan bahwa lebih banyak percobaan perlu dilakukan untuk mendukung pernyataan mereka.

Pusat Kanker itu lalu mewanti-wanti penderita jika ingin menggunakan cannabinoid.

“Penelitian ini merujuk pada cannabinoid bukan pada ganjanya. Pada senyawanya, bukan pada tanamannya yang ilegal dan dapat mengganggu pengobatan lain yang diberikan kepada pasien.

Baca Juga: Lakukan Razia Jalanan, Polisi Trenyuh Lihat Isi Dompet Pria Ini Hanya Rp20 Ribu Tapi Surat Berkendara Lengkap, Akhirnya Diganjar Seperti Ini

"Kami menyarankan agar berhati-hati menggunakan cannabinoid atau obat yang dibeli di internet, karena belum ada aturannya dan mungkin tidak aman."

Tim peneliti menggarisbawahi bahwa ketika para ilmuwan menggunakan ganja di laboratorium, mereka tidak menggunakan keseluruhan tanaman.

“Ekstrak ini memiliki kadar yang tinggi dan murni. Jadi merokok ganja tidak akan memiliki efek yang sama,” kata Dr Wai Liu.

(Agus Surono)

Baca Juga: Berpenampilan Bak Biarawati, Sejatinya Mereka adalah Suster yang Percaya Keajaiban Daun Ganja