Advertorial
Intisari-Online.com - Saat anggota Kartel Narkoba Meksiko muncul, mereka dipersenjatai senjata otomatis dan gergaji mesin.
Segera mereka menebang kayu di hutan dan menumbangkan pohon-pohon di hutan yang masih perawan.
Penduduk setempat protes karena kawasan itu adalah hutan yang dilindungi yang seharusnya tidak ditebang.
Namun siapapun yang memprotesnya tak jarang anggota Kartel Narkoba Meksiko akan menahan wargaagar tetap diam, sambil menodongkan senjatanya.
Para kriminal itu mencuri kayu, namun itu hanyalah sebuah awal dari rencana besar yang lebih ambisius.
Mereka, kelompok Kartel Viagras menebangi hutan untuk membuka lahan.
Namun, bukan ganja yang mereka tanam namun yang lebih mengejutkan bisnis baru mereka adalah hasil bumi yang banyak kita jumpai di Indonesia.
Daripada ganja, ternyata mereka lebih suka menanam alpukat karena lebih menguntungkan.
Industri alpukat ternyata bernilai Miliaran dolar Meksiko, dan berpusat di Muchoacan yang kini menjadi target utama kartel.
Sayangnya meski bisnis itu adalah jalan yang benar, cara merekalah yang tidak benar.
Seperti diwartakan oleh Los Angeles Times, mereka tak segan merebut pertanian dan membuka hutan lindung untuk membuka kebun mereka sendiri.
Lebih dari selusin kelompok kriminal berjuang untuk menguasai perdagangan alpukat di dan sekitar kota Uruapan, memangsa pemilik kebun kaya.
Buruh yang mengambil buah dan pengemudi yang mengangkutnya ke utara ke Amerika Serikat akan dirampoknya.
Seorang pengemudi, yang sedang mengangkut peti alpukat seberat 45 pon ke dalam trailer traktor, mengatakan bahwa dalam enam bulan terakhir ia telah ditahan dua kali oleh orang-orang bersenjata yang memaksanya untuk pergi ketempat yang aman dan menurunkan barang di sana.
Dia terlalu takut untuk menyebutkan namanya.
"Mereka akan datang ke rumahmu dan menembak seluruh keluargamu," katanya."Termasuk anak-anak."
Tahun lalu, 1.338 orang terbunuh di Michoacan, lebih dari tahun mana pun yang tercatat.
Tahun ini bahkan lebih mematikan, dengan 1.309 kasus pembunuhan hingga Oktober, menempatkan korban tewas mencapai 1.500.
Keamanan menjadi sangat lemah, pada bulan Juni sekelompok produsen alpukat membeli iklan di beberapa surat kabar nasional memperingatkan.
"Dampak yang tidak dapat diperbaiki" bagi industri kecuali jika para pejabat mengatasi masalah tersebut.
"Ancamannya konstan dan dari semua sisi," kata Jose Maria Ayala Montero, yang bekerja untuk asosiasi perdagangan yang membentuk pasukan main hakim sendiri untuk melindungi petani.
Setelah menguasai hutan pada bulan Maret, Viagras mengumumkan pajak atas penduduk yang memiliki pohon alpukat, dengan biaya 250 dollar AS (Rp3,5 juta) per hektar sebagai "biaya perlindungan."
Tetapi mereka memiliki persaingan.Saingan dari kartel Generasi Baru Jalisco ingin mengendalikan bentangan daratan yang sama dan penduduk akan terjebak di tengah-tengah pertarungan yang ganas.