Find Us On Social Media :

Merajut Mimpi Indonesia Punya Pesawat Sendiri, Mengenang Sejarah Dirgantara Tanah Air Mulai dari Nurtanio hingga BJ Habibie

By Nieko Octavi Septiana, Senin, 16 September 2019 | 11:00 WIB

BJ Habibie

Sebagai yang tercanggih di kelasnya pada masanya, N-250 punya sejumlah keunggulan.

Ia merupakan satu-satunya pesawat turbotrop di dunia yang menggunakan "fly by wire" dengan jam terbang 900 jam.

Pesawat ini juga mampu terbang tanpa mengalami oleng atau "Dutch Roll".

Ketika ditemui oleh Kompas.com pada 2013, Habibie menyampaikan bahwa momentum N-250 seharusnya sangat tepat untuk titik tolak kejayaan industri dirgantara Indonesia, andai proyek pesawat itu berjalan sesuai rencana.

Sayangnya, momentum itu kandas, dijegal krisis moneter 1997-1998 yang menghantam Indonesia.

Baca Juga: Sudah Lakukan Penyamaran Demi Bisa ke New York, Penyamaran Pria 32 Tahun Ini Terbongkar Hanya Gara-gara Hal Ini

Soeharto menutup IPTN dan N-250 berakhir mangkrak.

Kelanjutan perancangan dan pembuatan pesawat N-2130 juga pupus ketika pertanggungjawaban Habibie sebagai Presiden Indonesia ditolak MPR pada 20 Oktober 1999.

Harapan baru Habibie pada R80

Meski visi Indonesia untuk punya pesawat sendiri harus berkali-kali tersandung masalah mimpi itu tak lantas patah.

Melansir Kompas.com, berlanjut di 2017, uji coba pesawat N-219 membawa kabar baik, berhasil mengudara.

Uji coba tahap pertama pesawat kecil dengan kapasitas tak lebih dari 19 orang ini berhasil pada 16 September dan uji coba tahap kedua juga sukses pada 22 Agustus 2017.

Baca Juga: Kisah Menyedihkan Seorang Kakek yang Jualan hingga Larut Malam, Isi Pancinya yang Masih Penuh Jualan Buat Terenyuh

Melihat keberhasilan ini, Habibie pun menitipkan harapannya pada proyek pesawat R80.

Habibie pernah berkata bahwa bila hendak kembali berjaya di industri dirgantara, Indonesia harus membangun pesawat berkapasitas 80-90 orang.

Jika sesuai rencana, R80 akan mengudara pada 2025.