Merajut Mimpi Indonesia Punya Pesawat Sendiri, Mengenang Sejarah Dirgantara Tanah Air Mulai dari Nurtanio hingga BJ Habibie

Tatik Ariyani

Penulis

Bukan hanya sebagai sosok Presiden ketiga RI, masyakat Indonesia mengenang BJ Habibie sebagai orang jenius, ahli dalam pesawat terbang.

Intisari-Online.com -Presiden ketiga Republik Indonesia, Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng, atau BJ Habibie, telah meninggal dunia pada Rabu (11/9/2019).

Habibie tutup usia pada 11 September 2019 di RSPAD Gatot Subroto dalam usia 83 tahun.

Bukan hanya sebagai sosok Presiden ketiga RI, masyakat Indonesia mengenang BJ Habibie sebagai orang jenius, ahli dalam pesawat terbang.

BJ Habibie menjadi sosok yang sangat berjasa dalam visi dirgantara Indonesia.

Baca Juga: Nurtanio, Pembuat Pesawat Bersenjata Pertama Indonesia, Sosok 'Pahlawan Pesawat Terbang' Tanah Air Selain BJ Habibie

Cita-cita Indonesia untuk 'punya pesawat sendiri' selalu diperjuangkan oleh BJ Habibie.

Bicara tentang mimpi tersebut, sebenarnya Indonesia beberapa kali memiliki orang-orang hebat dalam teknik dirgantara.

Sebelum BJ Habibie, ada Nurtanio, sosok pembuat pesawat bersenjata pertama Indonesia.

Melansir Intisari-Online.com, Laksamana Muda Udara (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo adalah perintis industri penerbangan Indonesia.

"Bangsa merdeka harus memiliki pesawat buatan sendiri untuk keperluan sipil dan militer. Jangan bergantung pada bangsa lain, bangun kekuatan udara sendiri," kata Nurtanio setahun setelah Indonesia bebas dari cengkraman penjajah.

Baca Juga: Keluarga Ini Terjebak di Ketinggian saat Tak Ada Orang Sama Sekali, Berkat Surat Dalam Botol Mereka Akhirnya Selamat dari Maut

Nurtaniobersama Wiweko Soepono membuat pesawat Zogling NWG (Nurtanio-Wiweko-Glider) pada 1947.

Nurtanio juga menciptakan pesawat all metal dan fighter NU-200 yang dijuluki Sikumbang pada 1953, Kunang-kunang dan Gelatik.

Nurtanio inilah yang kemudian menjadi inspirasi simbol "N" pada nama produk-produk keluaran Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang kini telah berganti nama jadi PT Dirgantara Indonesia (DI), seperti dilansir dari Kompas.com.

Bukan hanya Nurtanio yang dimiliki Indonesia sebagai 'sejarah pesawat terbang Indonesia'.

Baca Juga: Video Viral Sungai Citarum Tercemar hingga Permukaannya Tertutup Busa Putih, Inilah yang Terjadi Menurut KLHK

Kita tak bisa melupakan kejadian di tahun 1948, kala masyarakat Aceh patungan dengan menyumbang dana setara dengan 20 kilogram emas untuk membeli pesawat Dakota RI-001 Seulawah untuk melawan Belanda.

Kemudian yang paling dikenal, Indonesia memiliki putra bangsa, BJ Habibie, harapan bagi kelanjutan mimpi Indonesia 'punya pesawat' sendiri.

Nama BJ Habibie dalam sejarah dirgantara Indonesia tak lepas dari visi Soekarno.

Pada tahun 1950-an, Soekarno berpendapat bahwa Indonesia sebagai negara maritim harus menguasai teknologi pesawat dan kapal untuk menghubungkan ribuan pulaunya.

Baca Juga: Berhasil Menghemat Rp225 Juta, Pasangan Pengantin Ini Pilih Pakai Kaus dan Celana Jins untuk Acara Pernikahannya, Segini Biayanya

Melalui visi inilah, pemerintah Indonesia membagikan beasiswa ke putra-putri terbaik Indonesia untuk belajar ke luar negeri.

Sayangnya, tidak semua bisa kembali ke Indonesia karena meletusnya peristiwa 30 September 1965.

Salah satu yang mendapat beasiswa dan kembali ke Indonesia adalah Habibie yang berkuliah di Rhenish Wesfalische Tehnische Hochscule, Jerman, dan pernah bekerja di perusahaan penerbangan Jerman, Messerschmitt-Bölkow-Blohm.

Habibie kembali ke Indonesia pada 1973 atas permintaan Soeharto, dan diberi mandat untuk mengembangkan industri di Indonesia.

Baca Juga: Berhasil Menghemat Rp225 Juta, Pasangan Pengantin Ini Pilih Pakai Kaus dan Celana Jins untuk Acara Pernikahannya, Segini Biayanya

Tugas pertamanya adalah menjadi CEO Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang kini telah berganti nama jadi PT Dirgantara Indonesia (DI), sebelum pada 1978, diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi.

Namun yang ingin dibuat oleh Habibie bukanlah sekadar pesawat, tetapi industri beserta ekosistem dirgantaranya.

Salah satu langkah terbesarnya adalah merancang dan memimpin pembuatan pesawat N250.

N-250 Gatotkaca pertama kali diterbangkan di Bandung pada 10 Agustus 1995 dan menandai lahirnya karya anak bangsa.

Baca Juga: BERITA POPULER: Cerita Mahasiswa yang Tak Sengaja Bertemu BJ Habibie Saat Beli Mie Instan hingga Seorang Pria Pulang Setelah Meninggal dan Dikremasi

Sebagai yang tercanggih di kelasnya pada masanya, N-250 punya sejumlah keunggulan.

Ia merupakan satu-satunya pesawat turbotrop di dunia yang menggunakan "fly by wire" dengan jam terbang 900 jam.

Pesawat ini juga mampu terbang tanpa mengalami oleng atau "Dutch Roll".

Ketika ditemui oleh Kompas.com pada 2013, Habibie menyampaikan bahwa momentum N-250 seharusnya sangat tepat untuk titik tolak kejayaan industri dirgantara Indonesia, andai proyek pesawat itu berjalan sesuai rencana.

Sayangnya, momentum itu kandas, dijegal krisis moneter 1997-1998 yang menghantam Indonesia.

Baca Juga: Sudah Lakukan Penyamaran Demi Bisa ke New York, Penyamaran Pria 32 Tahun Ini Terbongkar Hanya Gara-gara Hal Ini

Soeharto menutup IPTN dan N-250 berakhir mangkrak.

Kelanjutan perancangan dan pembuatan pesawat N-2130 juga pupus ketika pertanggungjawaban Habibie sebagai Presiden Indonesia ditolak MPR pada 20 Oktober 1999.

Harapan baru Habibie pada R80

MeskivisiIndonesia untuk punya pesawat sendiri harus berkali-kali tersandung masalah mimpi itu tak lantas patah.

Melansir Kompas.com, berlanjut di 2017, uji coba pesawat N-219 membawa kabar baik, berhasil mengudara.

Uji coba tahap pertama pesawat kecil dengan kapasitas tak lebih dari 19 orang ini berhasil pada 16 September dan uji coba tahap kedua juga sukses pada 22 Agustus 2017.

Baca Juga: Kisah Menyedihkan Seorang Kakek yang Jualan hingga Larut Malam, Isi Pancinya yang Masih Penuh Jualan Buat Terenyuh

Melihat keberhasilan ini, Habibie pun menitipkan harapannya pada proyek pesawat R80.

Habibie pernah berkata bahwa bila hendak kembali berjaya di industri dirgantara, Indonesia harus membangun pesawat berkapasitas 80-90 orang.

Jika sesuai rencana, R80 akan mengudara pada 2025.

Artikel Terkait