Find Us On Social Media :

Kisah Ati Warga Kampung Bengek yang Bertahan di Tumpukan Sampah, 'Listrik Ambil dari Orang, Kalau Angin Kencang Takut Kebakaran'

By Nieko Octavi Septiana, Sabtu, 31 Agustus 2019 | 09:00 WIB

Kisah Ati, warga Kampung Bengek yang hidup di tumpukan sampah

Namun, lokasi Ati yang sudah terpisah dengan pemukiman RT 11 membuatnya tidak lagi dianggap sebagai bagian dari RT tersebut.

"Dari RT enggak pernah dapat. Orang bagi-bagi sembako kadang juga suka pilih-pilih," kata Ati.

Baca Juga: Kisah Haru Jodi, Bocah 7 Tahun ke Sekolah Pakai Baju Kotor dan Tanpa Alas Kaki, Serta Tinggal di Gubuk Kecil

Selain itu, Ati menambahkan, bantuan sembako lebih sering diberikan oleh pihak-pihak luar. Sejauh ini, belum ada bantuan dari pemerintah yang pernah ia dapatkan.

"Bilangnya ada BLT (Bantuan Langsung Tunai). Mana, saya enggak pernah dapet," katanya.

Untuk keperluan sehari-hari, Ati dan warga lainnya memanfaatkan air rawa untuk mandi dan mencuci.

Sementara, untuk keperluan listrik, Ati menyewa dari orang lain dengan melakukan pembayaran secara bulanan.

"Listrik ambil dari orang. Di sini anginnya kencang, suka takut kebakaran," ujar Ati.

Baca Juga: Kisah Pilu Anak Migran di Stasiun Perbatan, Habiskan 11 Hari Tidur di Tumpukan Sampah dan Minum dari Bak Cucian

Oleh sebab itu, penggunaan listrik hanya dimanfaatkan seperlunya.

Kampung Bengek tersembunyi di balik pemukiman RT 3, RT 4, dan RT 11. Lokasinya terpencil dan dikelilingi oleh sampah.

Kampung tersebut menjadi rumah bagi para warga yang mengungsi karena kepadatan dan tingginya biaya hidup di ketiga RT tersebut. (Hilel Hodawya)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Ati, Warga Kampung Bengek Bertahan Hidup di Atas Lautan Sampah