Find Us On Social Media :

Benarkah Tak Ada Sinergi antara Perjuangan Bung Karno dan Para Pemuda?

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 17 Agustus 2019 | 17:30 WIB

Peristiwa Rengasdengklok

Di Algeemene Studiedub Bandung terdapat nama Iskaq Tjokrohadisurjo, anggota Perhimpunan Indonesia yang pulang ke tanah air tahun 1925.

Sukarno mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) Juli 1927 di Bandung. Partai ini pada mulanya partai kader. Secara serius Sukarno mendidik belasan kadernya yang pada gilirannya menatar calon aktivis lainnya.

Bulan Oktober 1928 misalnya PNI cabang Bandung melakukan kursus kader seperti diceritakan Maskoen Soemadiredja.

Namun sebelumnya, Desember 1927, Sukarno telah berhasil merealisasikan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) yang semula terdiri atas tujuh organisasi (PNI, Partai Sarekat Islam, Boedi Oetomo, Pasundan, Sarekat Sumatra, Kaum Betawi, 1956 dan Indonesische Studiedub).

Baca Juga: Kisah Pilu Bung Karno di Akhir Kekuasaan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak

Kegiatan Sukarno itu dianggap berbahaya oleh pemerintah kolonial. Tabrani yang mengetuai Kongres Pemuda I tahun 1926 dan kemudian belajar di Eropa, menulis kepada Sukarno bulan Desember 1928, "Lebih baik kamu di belakang layar saja atau lebih baik lagi meninggalkan Tanah Air untuk sementara.".

Hal senada disampaikan oleh Hatta yang menulis kepada Sukarno bulan Februari 1929: "... keselamatanmu dalam bahaya ... kau harus menarik diri dari kepemimpinan puncak, untuk   sementara tidak muncul di depan publik ... sangat mendesak bagimu untuk meninggalkan Indonesia sementara waktu."

Hatta menambahkan, biaya perjalanan dan tempat tinggal selama Sukarno di Belanda telah tersedia.

Ternyata peringatan itu menjadi kenyataan. Sukarno dan tiga kawannya diadili pada 1930. Ironisnya, Hatta yang mengingatkan Sukarno lebih dulu dimejahijaukan, yakni pada 1927. Hatta dibebaskan dari tuduhan pada Maret 1928.

Baca Juga: Jokowi dan Prabowo Berebut 'Hati' Kaum Muda: Bung Karno Malah Pernah Dicemooh Pemuda Gara-gara Berpakaian Trendi

la menghadiri liga antikolonialisme di Jerman pada Juli 1928. Ketika Sukarno dan tiga kawannya ditangkap di Bandung Desember 1929, Hatta menulis artikel pembelaan dalam De Socialist.

Kegiatan dalam gerakan itulah yang menyebabkan masa studi Hatta molor sampai 11 tahun. Setelah lulus sarjana tahun 1932 ia pulang ke Tanah Air.