Find Us On Social Media :

PPI Tangsel Sebut Tak Ada Kontak Fisik Selama Latihan dan Beri Alasan Mengenai Perusakan Buku Harian Merah Putih Aurel

By Nieko Octavi Septiana, Minggu, 4 Agustus 2019 | 12:00 WIB

Aurel, calon pembawa baki Bendera Merah Putih untuk upacara 17 Agustus 2019 meninggal dunia.

Intisari-Online.Com - Aurellia Qurratu Aini, calon pembawa baki Bendera Merah Putih untuk upacara 17 Agustus 2019 mendatang meninggal dunia pada Kamis (1/8/2019).

Belum diketahui jelas penyebabnya, namun sang ibunda, Sri Wahyuni, menduga putrinya meninggal dunia karena kelelahan fisik dan mental.

Melansir Tribunjakarta.com, Sri mengatakan Aurel, sapaan akrab bagi putrinya, harus menjalani pelatihan yang sangat keras selama diklat.

"Dokter tidak menyebutkan diagnosa sejauh itu. Hanya dokter bertanya apa yang terjadi, yang kami sampaikan bahwa Aurel terjatuh. Yang kami yakini bahwa Aurel sudah sangat lelah. Akumulasi dari sekian puluh hari dia latihan, minim istirahat," ujar Sri saat ditemui di rumahnya, Jumat tengah malam (2/8/2019).

Baca Juga: Siswi SMA yang Akan Bawa Baki Sang Saka Merah Putih Upacara 17 Agustus 2019 Mendatang Meninggal Dunia Sebelum Sempat Bertugas

Sri juga mengisahkan Aurel diduga kerap menjalani pelatihan terlalu keras seperti diminta push up kepal hingga tangannya luka dan ada bekas menghitam.

Ia juga bercerita Aurel pernah dicubit hingga lebam, padahal, menurut wanita yang merupakan Purna Paskibra ini, kontak fisik selama diklat itu tidak diperbolehkan.

Meski begitu, Sri dengan besar hati menerima mungkin anaknya yang menjadi pengingat tim pelatih dan penyelenggara diklat.

"Tidak ada salahnya, tidak ada yang salah dengan sistem yang sudah dibuat Purna Paskibraka Indonesia. Tapi oleh beberapa oknum yang latah dan berlebihan, itu yang membuat pendidikan yang dijalani Aurel dan teman-temannya menjadi jauh lebih berat dari biasanya," ujarnya.

Namun Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Tangerang Selatan (Tangsel) mengatakan tidak ada kontak fisik apalagi kekerasan selama masa diklat.

Baca Juga: Wabah Menari, Penyakit Misterius Membuat Orang-orang Mulai Menari di Tengah Jalan Hingga Sekarat dan Meninggal

Melansir dari Tribunjakarta.com, PPI Tangsel mengatakan pelatihan sesuai dengan standard pola pembinaan.

"Dalam pelatihan pun kami tidak ada kontak fisik dalam latihan itu tidak ada. Dalam pelatihan yang sudah disepakati tim semuanya ya standard pola pembinaan. Ya kalau hukuman, hukuman biasa," ujar Ketua PPI Tangsel, Warta Wijaya saat ditemui di Pemkot Tangsel, Ciputat, Jumat (2/8/2019).

Warta menjelaskan diklat para calon paskibraka itu sudah mulai dari 1 Juli 2019 di bawah binaan PPI sampai 21 Juli 2019.

Kemudian pada 22 - 31 Juli 2019, pelatihan dibina oleh anggota TNI dari Batalyon Kavaleri 9.

Warta menjelaskan peserta berlatih setiap Senin-Kamis, lalu Sabtu dan Minggu. Sementara setiap Jumat libur.

Setiap latihan para peserta diklat sudah harus datang pukul 06.00 WIB dan pelatihan selesai maksimal 16.30 WIB.

Porsi latihan seperti demikian disebut Warta sama dengan calon Paskibraka di tahun-tahun sebelumnya.

"Porsi latihan itu sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan dari Kaveleri pun bukan pertama kali. Dia sudah beberapa kali bergabung bersama kami, karena memang setiap tahunnya Paskibraka diiringi dengan militer berbeda-beda, tahun ganjil itu dengan Yon Kavaleri, tahun genap dengan Arhanud," ujarnya.

Mengenai Aurel, Warta menyebut gadis itu memiliki kondisi tubuh paling prima hingga disepakati menjadi pembawa baki.

Warta menyebutkan Aurel hanya pernah izin sakit satu kali di periode awal latihan.

Baca Juga: Agung Hercules Meninggal Dunia: Sering Sakit Kepala di Bagian yang Sama? Bisa Jadi Itu Gejala Kanker Otak!

 

"Dia itu paling sedikit bahkan tidak pernah masuk tim kesehatan tim medis itu tidak pernah. Dia anaknya kuat dia anaknya lincah. Bahkan karena kemampuannya dia kita sepakati bersama untuk membawa baki," ujarnya.

Saat ini diklat sudah memasuki latihan bersama dengan tim pengiring, dan tidak ada porsi latihan yang dikurangi atau berubah.

"Kami sekarang sudah bergabung dengan pasukan pengiring, pasukan 45 dari tentara. Pelatihan seperti biasa, tidak ada yang berubah," ujarnya.

Terkait meninggalnya salah satu peserta diklat, Warta mengatakan belum ada komunikasi serius antara PPI dan pihak keluarga Aurel.

"Terakhir saat kita datang ke sana untuk melayat saja. Mungkin karena situasinya juga masih syok," ujarnya.

Penjelasan buku harian merah putih yang dirobek

Dilaporkan sebelum meninggal dunia, Aurel bangun pagi-pagi untuk menulis ulang buku harian yang dirusak seniornya.

Baca Juga: Misteri Pauline Picard, Menghilang di Hutan Lalu Ditemukan Menjadi Dua Orang! Satu Meninggal, Satu Hilang Ingatan

Setiap peserta diklat dikatakan harus memiliki buku harian dan tiap harinya diisi minimal dua lembar.

Tugas mengisi buku diary ini pula yang disebabkan turut membuat fisik Aurel melemah karena menyita waktu istirahat setelah latihan.

Melansir Kompas.com, Ketua PPI Tangsel, Warta Wijaya, mengatakan bukan buku Aurel saja yang dirobek.

"Jadi yang dirobek bukan buku Aurel aja tapi semuanya, teman-teman semuanya disobek," ucap Warta.

Namun para senior memiliki alasan tersendiri ketika merobek buku itu. Buku harian merah putih itu memang wajib dimiliki semua anggota Paskibraka.

Baca Juga: Ditinggal Sebentar, Seorang Bayi Tiba-tiba Meninggal: Cegah Sindrom Kematian Bayi Mendadak, Salah Satunya Jangan Biasakan Anak Tidur Tengkurap

Buku harian merah putih itu disebutkan salah satu aktivitas yang digunakan agar pelatih lebih mengenal peserta latihan.

"Iya memang perintah salah satu aktivitas mereka untuk mengisi (buku harian). Ini sebenarnya curhatan biar kita tahu bagaimana keadaan mereka di rumah, luar rumah biar kita tahu seperti apa. Kami tau bagaimana perasaan mereka. Jadi kita lebih mengenal mereka lagi," jelasnya.

Sementara perusakan buku itu dikarenakan ada peserta yang membangkang.

Walau Aurel sendiri sebenarnya termasuk anggota yang mengisi buku harian, karena untuk kekompakan maka semua buku dirobek.

"Iya dia mengerjakan. Tapi ada teman-teman ada yang malas. Semuanya dirobek kita enggak ada perlakuan khusus karena alasan tadi. Intinya harapan kami ini satu pola pembinaan biar anak ini mengisi dengan tulisan biar kita bisa tau. Dan itu pun kami ngasih waktu beberapa hari dikerjakan," ujar Warta.