Penjelasan buku harian merah putih yang dirobek
Dilaporkan sebelum meninggal dunia, Aurel bangun pagi-pagi untuk menulis ulang buku harian yang dirusak seniornya.
Setiap peserta diklat dikatakan harus memiliki buku harian dan tiap harinya diisi minimal dua lembar.
Tugas mengisi buku diary ini pula yang disebabkan turut membuat fisik Aurel melemah karena menyita waktu istirahat setelah latihan.
Melansir Kompas.com, Ketua PPI Tangsel, Warta Wijaya, mengatakan bukan buku Aurel saja yang dirobek.
"Jadi yang dirobek bukan buku Aurel aja tapi semuanya, teman-teman semuanya disobek," ucap Warta.
Namun para senior memiliki alasan tersendiri ketika merobek buku itu. Buku harian merah putih itu memang wajib dimiliki semua anggota Paskibraka.
Buku harian merah putih itu disebutkan salah satu aktivitas yang digunakan agar pelatih lebih mengenal peserta latihan.
"Iya memang perintah salah satu aktivitas mereka untuk mengisi (buku harian). Ini sebenarnya curhatan biar kita tahu bagaimana keadaan mereka di rumah, luar rumah biar kita tahu seperti apa. Kami tau bagaimana perasaan mereka. Jadi kita lebih mengenal mereka lagi," jelasnya.
Sementara perusakan buku itu dikarenakan ada peserta yang membangkang.
Walau Aurel sendiri sebenarnya termasuk anggota yang mengisi buku harian, karena untuk kekompakan maka semua buku dirobek.
"Iya dia mengerjakan. Tapi ada teman-teman ada yang malas. Semuanya dirobek kita enggak ada perlakuan khusus karena alasan tadi. Intinya harapan kami ini satu pola pembinaan biar anak ini mengisi dengan tulisan biar kita bisa tau. Dan itu pun kami ngasih waktu beberapa hari dikerjakan," ujar Warta.