Find Us On Social Media :

Wine sampai 'Garis' Alam, Begini Rasanya Berlibur di Afrika Selatan

By Trisna Wulandari, Sabtu, 6 Juli 2019 | 11:15 WIB

 

Intisari-Online.com - Dahulu, aktivitas di Cape Town, Afrika Selatan terpusat di sekitar pelabuhan singgah.

Namun kini, wilayah tersebut menjelma jadi kawasan perbelanjaan dan kuliner modern Victoria and Alfred Waterfront.

Pusat pergaulan itu kini sudah lengkap dengan mal, hotel, mapun pasar yang menyajikan hiburan serta shopping sepanjang minggu.

Ditambah lagi bangunan Two Oceans Aquarium.

Destinasi wisata konservasi bahari ini menyajikan 3.000 fauna laut dari dua samudera yang bertemu di ujung selatan benua Afrika—Samudera Atlantik dan Hindia.

Baca Juga: Pada Abad Ke-16, Rupa Pulau Jawa Pernah Bingungkan Penjelajah Samudra

Bertemunya dua samudra

Dari ujung selatan benua Afrika di kawasan Cape of Good Hope (Tanjung Harapan) itulah, pada puncak bukit berbatuan Cape Point Peak 266 mdpl, terdapat pertemuan dua samudra.

Dua samudra itu yakni yakni Atlantik dan Hindia bisa terlihat.

Di sana terdapat semacam “garis” alam yang memisahkan kedua samudera.

“Garis” alam ini terbentuk pada titik pertemuan arus air laut hangat Samudera Hindia di lepas pantai Cape Agulhas di bagian Timur dengan arus air laut dingin Benguela Samudera Atlantik lepas pantai Cape Point di bagian Barat.

Pada titik pertemuannya, kedua arus secara alamiah masing-masing berbalik arah, sehingga membentuk “garis” alam tersebut.

Arus balik alamiah ini berubah-ubah titik temu-nya antara Cape Agulhas dan Cape Point, sekitar 1,2 km sebelah timur Cape of Good Hope.

Baca Juga: Pieterson, Tetangga yang Menggetarkan Jiwa Mandela dan Membuatnya Terus Berjuang untuk Afrika Selatan

Selain bisa lihat pertemuan dua samudera, di puncak bukit Cape Point Peak terdapat bangunan mercu suar tahun 1860 yang masih aktif.

Ada pula tiang penunjuk yang menerangkan jarak dari Cape Point ke Sydney 11.642 km, ke Amsterdam 9.635 km, London 9.623 km dan ke New York 12.541 km, serta ke Rio de Janeiro 6.668 km.

Kawasan waterfront (pelabuhan) yang disebut tadi, memberi kesan seolah pengunjung sedang berada di Eropa, bukan di Afrika.

Apalagi orang-orang kulit putih begitu banyak. Meski jumlah kulit putih hanya 8 persen dari 57.398.421 juta penduduk Afrika Selatan, namun tercatat sebagai jumlah terbesar di benua Afrika.

Orang-orang kulit putih itu adalah keturunan penjelajah awal dari Portugal, Belanda, Inggris, Prancis, Jerman serta para pendatang baru.

Kesan Eropa juga terkesan dari gedung dan perumahan bergaya Belanda dan Inggris maupun dari jalan raya-nya.

Tidak saja di Cape Town, melainkan juga di Johannesburg dan ibukota Pretoria.

Baca Juga: Turis Rusia Jalan Kaki ke Bogor - Pelabuhan Ratu, Warga 'Melongo'

Perkebunan anggur

Rasa khas Eropa juga terasa saat berkunjung ke perkebunan anggur kawasan luar kota Stellenbosch.

Stellenbosch adalah kota kedua tertua di Afrika Selatan.

Suasana khas Eropa terutama terasa dari gedung cellar-nya dan gedung mansion.

Di tempat itu pula, rombongan tur biasanya disajikan wine tasting.

“Ada 150 pabrik anggur di Afrika Selatan, sebagian besar diekspor ke luar negeri,” ungkap Jerry saat kendaraan kami meluncur di perkebunan anggur.

Buah anggur diperkenalkan oleh awak kapal penjelajah Portugal Bartolomeu Dias, orang Eropa pertama yang pada 1488 menginjakkan kaki di Cape Point, ujung benua Afrika dalam upaya menemukan rute dagang baru ke kawasan Asia.

Bibitnya yang dibawa oleh kapal-kapal dalam pelayaran menuju Asia, telah menjadikan Afrika Selatan sebagai negara peringkat ke-tujuh produsen anggur dunia.

Negeri dengan luas 1.221.037 km2 ini juga terkenal sebagai produsen berlian, emas dan platinum utama dunia.

Baca Juga: Manfaat Tersembunyi di Balik Wine yang Dianggap Memabukkan Itu: Catat yang Nomor 3!

Produksi pesawat tempur

Namun yang belum banyak diketahui orang, negeri Nelson Mandela ini rupanya juga memproduksi jet tempur supersonik Cheetah kaliber dunia.

Pesawat dengan kecepatan 2,2 Mach (lebih dari dua kali kecepatan suara) mengambil dasar jet tempur Perancis Dassault Mirage III.

Pesawat ini dikembangkan untuk Angkatan Udara Afrika Selatan diperkenalkan pada 1986.

Cheetah juga tercatat dioperasikan oleh Angkatan Udara Ekuador dan Chile.

Kiranya masih banyak kejutan dan keindahan di bumi Afrika Selatan yang menarik ditulis.

Ini hanyalah selayang pandangnya. (Dudi Sudibyo)

Artikel ini telah tayang di rubrik LangLang Majalah Intisari dengan judul “Ada Jejak-jejak Nusantara di Selatan Afrika”.