Find Us On Social Media :

Pria Ini Terkejut Menemukan 60.000 Foto Negatif dan Catatan yang Mengungkap Identitas 'Mengerikan' Ibunya

By Afif Khoirul M, Selasa, 28 Mei 2019 | 09:30 WIB

Catatan koresponden dalam perang Dunia II

Intisari-Online.com - Pada 27 Juli 1977, di sebuah peternakan terkenal di Inggris seorang wanita berusia 70 tahun meninggal karena kanker.

Wanita itu adalah Elizabeth Lee Miller yang merupakan seorang ibu yang hidup bersama anak satu-satunya Anthony.

Namun, kisah menariknya adalah Anthony baru mengetahui identitas ibunya yang sebenarnya setelah menemukan harta berharga di loteng rumahnya.

Anthony yang tidak mengetahui apapun tentang masa lalu ibunya terkejut setelah menemukan lebih dari 60.000 film negatif dan 20.000 foto serta tulisan ibunya di sudut loteng.

Baca Juga: Gara-gara Diskon, Sebuah Toko di Pusat Perbelanjaan Jadi Rusuh, Seorang Ibu Hamil Sampai Harus Dievakuasi

Siapa sangka ibunya Elizabeth Lee Milner bukanlah orang sembarangan.

Dia adalah seorang wanita yang luar biasa dan memiliki pengaruh besar pada masa lalu.

Elizabeth juga salah satu wanita yang dianggap paling cantik pada masa lalunya.

Dia adalah model populer majalah ternama Vogue dari seorang fotografer.

Dia juga merupakan fotografer wanita pertama di lapangan selama Perang Dunia II.

Namun, yang diketahui anaknya Anthony, ibunya hanyalah wanita dengan bakat memasak luar biasa, serta wanita yang sederhana.

Baca Juga: 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!

Sampai akhirnya terungkaplah identitas ibunya yang sebenarnya tersebut.

Elizabeth Lee Miller lahir tahun 1907 di New York, AS, ayahnya seorang insiyur dan fotografer, dia menjadi model di bawah lensa ayahnya sejak kecil.

Dia juga sudah menguasai teknik fotografi sejak kecil dibawah didikan ayahnya.

Ibunya, adalah seorang perawat dari Kanada yang menderita depresi dan mencoba bunuh diri beberapa kali, sedangkan saudaranya John adalah seorang waria.

Dia diperkosa ketika berusia 7 tahun dan menderita gonore, namun dia segera dirawat.

Baca Juga: Wanita Ini Muntah 50 Kali Sehari Selama 9 Bulan Kehamilannya, Gejala Apakah Itu?

Sejak kecil Elizabeth sudah memiliki jiwa pemberontak dan pernah dikeluarkan dari sekolah.

Namun Eliza memiki bakat seni dan kecantikan yang luar biasa. Pada usia 18 tahun dia meninggalkan rumah dan pergi ke Paris untuk belajar menjadi model.

Setelah kembali ke Amerika, dia belajar seni panggung dan pertunjukan.

Hingga suatu ketika sesuatu telah merubah hidupnya. Ketika dia berjalan tanpa sengaja nyaris tertabrak mobil, yang ternyata orang yang nyaris menabraknya tersebut adalah taipan penerbitan Conte Nash.

Baca Juga: Mendagri Ungkap Empat Strategi Percepat Smart City di Indonesia

Pertemuan Nash dan Eliza mengubah pandangannya dan membawanya ke majalah Vogue, Elizabeth yang berusia 19 tahun menjadi model sampul untuk Vogue.

Pada saat itulah perjalanan menjadi model terkenal dimulai, dia mulai memasuki dunia mode dan juga seorang fotografer yang cantik.

Tahun 1929, Elizabeth kembali ke Paris. Kota ini adalah surganya para seniman, dia bertemu dengan surealis Man Ray dan memintanya untuk menjadi muridnya namun ditolak.

Namun, dia tidak menyerah. Keesokan harinya dia datang kembali dan meminta untuk menjadi muridnya, dia pun diterima, lagi pula sulit untuk menolak seorang wanita cantik.

Baca Juga: Ingin Ajarkan 'Kegembiraan dan Penderitaan yang Sama', Wanita Penderita Kanker Stadium 4 Ini Ajak Anaknya Daki Gunung Es

Dengan cepat dia berkembang, dalam jangka waktu tertentu Elizabeth juga fokus menjadi pelukis dan membantu dalam sebagian besar fotografi.

Dia aktif di dunia seni, memotret seniman, majalah mode, juga menjadi model serta pelukis.

Sebagai seorang fotografer dia mulai memotret untuk majalah Vogue paris, pada saat yang sama dia juga menjadi model Fashion Chanel.

Dia juga menjadi fotografer terkenal pada waktu itu, dan dinobatkan sebagai salah satu dari tujuh fotografer paling terkenal dari majalah Vanity Fair.

Baca Juga: Terlihat Baik-baik Saja dari Luar, James: 'Kondisi Saya Sangat Langka, Bahkan Dokter Tak Pernah Mendengarnya'

Hingga suatu ketika dia memutuskan pergi ke Mesir tahun 1932 untuk pernikahannya dengan pemilik raksasa kereta api Mesir Aziz Erubi.

Tahun 1937 dia kembali ke Paris dan bertemu dengan pelukis surealis Inggris, Roland Penrose yang membuatnya jatuh cinta.

Di bepergian ke Eropa mengunjungi artis-artis ternama bersama Roland.

Selain cantik, Elizabeth adalah wanita pemberani yang berani mengambil risiko. Tahun 1943 dia menjadi koresponden perang untuk Vogue meskipun ditentang oleh keluarganya.

Baca Juga: Artikel Terpopuler 2018 : Inilah Penampakan Kebun Ganja Senilai Rp19 Milliar di Perut Bumi

Dia menjadi koresponden wanita pertama dalam Perang Dunia II dan bermitra dengan Sherman untuk mengikuti Angkatan Daras AS.

Dia menyaksikan dan memfilmkan pemboman London, pembebasan Paris dan pertempuran Saint Malo.

Karena cukup dekat dengan perang, dia merekam banyak hal semasa perang dan foto-fotonya juga menunjukkan kekejaman perang.

Tahun 1945 dia pergi ke Munich bersama rekannya Sheman datang ke apartemen pribadi Hitler. Di sana dia mandi di bak mandi Hitler.

Baca Juga: Gerakan Menuju 100 Smart City 2019 Resmi Dimulai, 25 Kota/Kabupaten Ikut Terlibat

Setelah Perang Dunia II berakhir, dia kembali dan menikah dengan Roland Penrose serta menceraikan suaminya Aziz Erubi.

Kemudian, dia memliki anak dari Roland yang tak lain adalah Anthony. Kehidupan kecil diperutnya membuatnya memikirkan masa depan.

Dia dan Roland pindah ke London dan menjalanai hidup sebagai petani, segera dia melahirkan putranya Anthony dan kehidupan sederhananya dimulai.

Keahliannya sebagai surealis dituangkan dalam bakatnya di dapur, dia hanya fokus menjadi seorang ibu yang memasak di dapur.

Baca Juga: Lansia 102 Tahun Cekik Tetangganya yang Berusia 92 Tahun, Benarkah Manusia Miliki Gen Pembunuh?

Bahkan putranya Anthony hanya mengenal ibunya sebagai wanita yang selalu sibuk di dapur.

Di waktu luang seniman terkenal seperti Picasso dan Man Ray sering datang dan berkumpul bersama.

Segala sesuatu tampak normal dan sunyi, namun di balik itu semua Elizabeth menderita sakit psikologis.

Ingatan tentang medan perang selalu membekas dalam benaknya, hal itu membuat batinnya terguncang.

Baca Juga: Lansia 102 Tahun Cekik Tetangganya yang Berusia 92 Tahun, Benarkah Manusia Miliki Gen Pembunuh?

Hal itu membuatnya mengalami sindrom stres pascatrauma yang disebabkan oleh ingatan di medan perang.

Untuk menghilangkan stres dia mulai minum alkohol, merokok dan seringkali emosinya tidak stabil, serta sering bertengkar dengan keluarganya.

Para tahun 1977 dia meninggal setelah menderita kanker, sebelum meninggal dia menulis buku hariannya dan memberikan pesan terakhir.

"Aku tidak pernah menyia-nyiakan hidupku bahkan satu menit. Jika aku bisa hidup sekali lagi, aku berharap bahwa aku adalah orang yang lebih bebas, terlepas dari pikiran dan perasaan."