Advertorial

Lansia 102 Tahun Cekik Tetangganya yang Berusia 92 Tahun, Benarkah Manusia Miliki Gen Pembunuh?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa memiliki kecenderungan untuk membunuh sesamanya? Yuk cari tahu lebih jauh.
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa memiliki kecenderungan untuk membunuh sesamanya? Yuk cari tahu lebih jauh.

Intisari-Online.com - Seorang wanita berusia 92 tahun ditemukan tewas di tempat tidurnya oleh salah satu rumah di Chézy-sur-Marne, Perancis.

Satu-satunya tersangka adalah tetangganya, lansia berusia 102 tahun yang sudah mengakui pembunuhan itu.

Menurut jaksa kasus, tersangka "dalam keadaan sangat gelisah, bingung, dan mengatakan kepada penjaga bahwa dia telah membunuh seseorang."

Baca Juga: Catat! Ini Daftar Makanan Berbahaya yang Bisa Membuat Anak Jadi Bodoh, Otaknya Jadi Lambat Berkembang

Dilansir dari All that's Interesting, Kamis (23/5/2019), tersangka berusia 102 tahun itu sekarang sedang menjalani evaluasi psikiatris untuk mengetahui apakah ini berencana atau tidak.

Terlepas dari kasus pembunuhan yang membingungkan antar sesama manusia itu, pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa memiliki kecenderungan untuk membunuh sesamanya?

Benarkah manusia punya gen pembunuh?

Baca Juga: Minta Air Putih untuk Buka Puasa, Penumpang Pesawat Ini Malah Disuruh Duduk dan Mendapat Kejutan

Sebenarnya, alasannya dapat ditelusuri kembali ke nenek moyang primata kita, yang merupakan makhluk yang sangat kejam yang gemar membunuh satu sama lain.

Data ini menunjukkan bahwa pengulangan yang tak henti-hentinya sepanjang sejarah berakar pada batang evolusinya.

Ketika para peneliti memeriksa bagaimana berbagai jenis kelompok sosial manusia mempengaruhi tingkat pembunuhan, mereka menemukan bahwa kekerasan mematikan merupakan hal yang umum dari kelompok-kelompok suku.

Kekerasan, perselisihan wilayah, dan populasi, serta sumber daya sering memunculkan tekanan dan persaingan politik antar manusia.

Baca Juga: Anak Raditya Dika 'Dijaga' Utusan Pantai Selatan: Nyai Roro Kidul, Sosok Gaib Rakyat Jelata yang Kemahsyurannya Menggema Tembus Waktu

Namun kekerasan bisa menurun di masyarakat yang dikelola negara.

Agaknya, para penulis menyimpulkan bahwa organisasi sosial-politik populasi dalam masyarakat yang dikelola negara yang dirancang untuk menekan kekerasan tersebut.

Hal itu bisa menghambat kecenderungan genetik untuk saling membunuh pada manusia.

Kita secara evolusioner dan genetis cenderung untuk melakukan kekerasan mematikan, tetapi jika dibandingkan dengan hewan lain, biologi memang telah memberi spesies kita “kebijakan” yang luar biasa.

Baca Juga: 64 Tahun Tak Pernah Tahu Pekerjaan Suaminya, Wanita Ini Temukan Kenyataan Mengejutkan Setelah Suaminya Meninggal

Masalahnya adalah rangkaian saraf kekerasan yang menyebabkan kita meledak dalam kemarahan dan kekerasan adalah jauh di dalam otak di bawah korteks serebral di mana kesadaran muncul.

Lobus frontal otak dapat memadamkan sirkuit kemarahan yang kita bagi dengan mamalia keras lainnya, tetapi kontrol sadar “top-down” dari impuls kekerasan kita ini lebih lambat untuk bertindak daripada sirkuit kekerasan yang meledak jauh di dalam otak kita.

Baca Juga: Gunung Agung Kembali Meletus: Jika Ada Gunung Berapi Meletus, Mereka Tak Akan Pengaruhi Gunung-gunung di Dekatnya

Artikel Terkait