Find Us On Social Media :

Menengok Rishikesh, Ibu Kota Yoga Dunia di Kaki Pegunungan Himalaya

By Trisna Wulandari, Kamis, 30 Mei 2019 | 07:00 WIB

Rishikesh terletak di pinggir Sungai Gangga

Di atas Sungai Gangga  

Jalan raya itu juga sangat padat dengan bus wisata, mobil, dan  pejalan kaki.

Kami lalu berjalan kaki dengan tujuan Raam Jhula, jembatan gantung yang menghubungkan  Rishikesh yang dibelah oleh Sungai Gangga.

Saat menyusuri jalan raya  menuju Raam Jhula, di sepanjang jalan saya melihat bangunan-bangunan penginapan dari  yang kelas biasa hingga yang cukup mewah.

Sekali-sekali saya berpapasan dengan warga non-India yang mengenakan baju pelajar atau pendeta Hindu berwarna kuning safron.

Para pelajar itu dan wisatawan berbaur di jalanan. 

Baca Juga: Kisah Pilu Seekor Anak Gajah, Terkapar dan Pingsan Dengan Tubuh Terikat ke Induknya yang Membawa Turis

Kami mulai memasuki jalan sempit yang turun-naik dan berkelok-kelok.

Di sepanjang jalan terdapat segala rupa toko mulai dari toko perhiasan, baju, buku, pernak-pernik; restoran, kedai kopi, ditambah lagi penginapan dan sekolah yoga.  

Setiap beberapa meter melangkah, saya pasti menemukan papan nama sekolah yoga.

Saya merasa berada di kota yang punya banyak sekolah yoga.

Namun, seandainya saya menginap dan belajar yoga di daerah ini, pasti saya tersasar mencari-cari alamatnya untuk pertama kali.

Hari itu jalan-jalan sangat penuh dengan wisatawan dari dalam dan luar India.

Baca Juga: 100 Kota Paling Banyak Dikunjungi Wisatawan Tahun 2018: Indonesia Kalah Telak dari Thailand dan Malaysia

Kami sampai di awal jembatan Raam Jhula yang susah untuk dilalui karena rapat dengan orang.

Jembatan yang lebarnya kurang lebih 1,5 m itu dilalui para pejalan kaki dan sepeda motor dari dua arah.

Selain itu, jembatan di atas Sungai Gangga itu menjadi tempat favorit orang untuk berswafoto. 

Perjalanan kami pun menjadi tersendat-sendat.

Sungai Gangga terlihat elok dari Raam Jhula, airnya berwarna kehijauan, di tepinya berdiri kuil atau ashram yang beberapa di antaranya sudah berusia ratusan tahun.

Musim kering membuat permukaan air sungai terlihat sedikit surut dengan bebatuan di pinggirannya.

Baca Juga: Ajaib, 70 Tahun Kering dan Mati, Sungai yang Hilang Ini 'Lahir' Kembali, Kok Bisa?

Namun, di bagian tengah terlihat kelompok-kelompok orang yang sedang rafting.

Beberapa perahu rafting tampak dikayuh di tengah ombak sungai yang cukup deras.

Teriakan sahutan-sahutan mereka yang berada di perahu-perahu karet itu terdengar menggaung.

Setelah berjalan pelan-pelan akhirnya kami sampai juga di ujung jembatan Raam Jhula.

Lega rasanya terbebas dari kerumunan.

“Kamu tidak apa-apa berjalan kaki lagi?” tanya Neeraj dengan sedikit ragu kepada saya.