Find Us On Social Media :

Hikayat Uzi, Senapan Mungil Bikinan Israel yang Membantai Banyak Nyawa

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 14 Maret 2019 | 16:00 WIB

 

Intisari-Online.com - Salah satu senjata paling dikenal dari era pascaperang datang dari Israel.

Senapan mesin ringan Uzi dirancang untuk menjadi senjata sederhana dan murah yang akan mengatasi masalah logistik dari tentara yang beralih profesi.

Kisah kelahiran Uzi kembali pada 1948 ketika Israel mendaklarasikan sebagai sebuah negara.

Nara muda itu pun segera diserang oleh tetangga-tetangganya di Arab, Mesir, Suriah, Lebanon, dan Transjordan.

Baca Juga : Uang Nasabah BRI Senilai Rp65 Juta Terkuras via Virtual Account, Apa yang Terjadi?

Berbagai organisasi paramiliter Israel, khususnya milisi Haganah, bergabung menjadi Angkatan Pertahanan Israel, angkatan bersenjata negara itu.

Meskipun kalah jumlah dan senjata, IDF berhasil mempertahankan negara.

Secara keseluruhan, IDF memukul mundur serangan gabungan dunia Arab dengan hanya 200 senapan mesin, 10.000 senapan, dan 3.600 senapan mesin ringan.

Kemenangan IDF itu terlepas dari ketergantungannya terhadap koleksi beraneka ragam senjata kecil dari seluruh dunia.

Baca Juga : Terlihat Kecil dan Sempit, Bagian Dalam Rumah di Tebet Ini Justru Luar Biasa, Raih Penghargaan Internasional

Para pembela awal Israel pada waktu itu memilih menggunakan senapan sipil mereka sendiri.

Israel sangat miskin dan tidak mampu membeli senjata terbaru.

Solusinya adalah memanfaatkan warga negaranya yang berpendidikan tinggi dan untuk menciptakan industri senjata sendiri.

Sehingga pada tahun 1952, seorang Israel keturunan Jerman, Letnan Uziel Gal, mematenkan desain senapan mesin baru.

Senapannya pendek dan padat menggunakan desain blowback sederhana.

Baca Juga : 50 Juta Akun Facebook Dibobol, Pengguna Instagram dan WhatsApp Harus Waspada

Senapan ini menembakkan semi otomatis atau otomatis pada tingkat yang relatif lambat dari enam ratus putaran per menit.

Ia juga memiliki tiga mekanisme keamanan: keselamatan tuas manual, keselamatan pegangan dan keselamatan baut.

Senapan ini kemudian diberi nama Uzi.

Ada sejumlah keuntungan yang membuat Uzi menjadi senapan mesin ringan yang efektif.

Baca Juga : Siasat Cerdik Sri Sultan HB IX Kibuli Jepang Sehingga Rakyat Jogja Tak Jadi Romusha

Pertama, ia menggunakan suku cadang yang murah dan mudah untuk diproduksi secara massal.

Ini adalah fitur penting bagi negara miskin tanpa banyak industri.

Kedua, keberadaan tempat peluru di tengah-tengah senjata membuatnya seimbang, seperti pistol.

Terakhir, kemampuannya melakukan putaran parabellum sembilan milimeter pada 600 putaran per menit atau melepas 600 peluru semenitnya.

Baca Juga : Ternyata Tidur Sejenak di Siang Hari Bisa Jadi 'Obat' untuk Menurunkan Tekanan Darah

Kemampuan ini mempermudah penggunanya untuk memadamkan api penekan dalam volume besar.

Berlawanan dengan kepercayaan umum, Uzi bukanlah senjata standar infanteri Israel.

Fungsinya sebagai senjata jarak dekat dengan jarak pandang 200 meter membuatnya berguna di daerah perkotaan yang padat. Efektivitasnya agak berkurang di medan terbuka yang luas.

Tak heran Uzi justru menjelma senjata favorit para gengster atau pasukan yang beropererasi dalam perang kota.

Baca Juga : Gara-gara Tulis Status 'Martabak' di Facebook, Seorang Pria Kaget Dirinya Diciduk Polisi, Begini Kronologinya

Sebagian besar IDF membawa senapan FN-FAL Belgia, sementara Uzi dipakai dan diperuntukkan bagi pasukan terjun payung, kru tank serta kendaraan lapis baja, dan unit pasukan khusus.

IDF menempatkan pesanan pertama untuk Uzi pada 1954.

Pada 1956, Uzi dipakai pasukan terjun payung Israel dari Unit 202 dalam operasi si Semenanjung Sinai.

Baca Juga : Ini 3 Alasan Tidak Ada Negara yang Ingin Perang dengan Israel

Unit ini berhasil bersihkan pasukan Sudan dan Mesir dan mengambil alih Sinai.

Dari sini Uzi membuktikan kekuatannya untuk menyerang lawan.

Selama perang 1956, Uzi digunakan di gurun Sinai sekali untuk melawan orang Mesir, di jalan-jalan dan lorong-lorong Tepi Barat melawan pasukan Yordania, dan di Dataran Tinggi Golan melawan Suriah.

Baca Juga : Kisah Iban, Pemuda Asal Buton yang Berkuliah di 3 Kampus Sekaligus di 3 Negara Berbeda, dan Dapat 3 Gelar Master