Find Us On Social Media :

Ternyata Bukan Hanya Kantong Kresek, 5 Bahan Ini Juga Mengandung Plastik, Termasuk Pembalut Wanita

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 9 Maret 2019 | 14:00 WIB

Semua produk sanitasi wanita, yang biasanya terbuat dari kapas, kemungkinan besar dimasukkan dalam bungkus dan aplikator plastik.

"Diperkirakan bahwa hingga 90 persen pembalut menstruasi dan enam persen tampon dikemas dalam plastik," kata Kate Metcalf, co-direktur di Women’s Environmental Network.

Menurutnya, bahan pembalut adalah pulp kayu dan tampon adalah campuran kapas, rayon atau campuran keduanya.

Namun untuk Aplikator dan senar tampon, biasanya terbuat dari Polyethylene (PE) dan Polypropylene (PP), keduanya merupakan dua plastik utama yang ditemukan di lautan.

Baca Juga : 14 Berita Kesehatan Terpercaya yang Ternyata Hoaks, dari Lele Pemicu Kanker Hingga Kerupuk Mengandung Plastik

"Di Inggris, penggunaan tampon, pembalut dan aplikator menghasilkan 200.000 ton limbah per tahun," ucap Metcalf.

Menurutnya, sebagian besar produk-produk ini akhirnya dibakar dan melepaskan bahan kimia beracun ke lingkungan kita.

Produk tersebut biasanya juga berakhir di tempat pembuangan sampah. Tapi, hingga 8,5 persen (18, 050 lembar) puing-puing yang berhubungan dengan limbah, yang termasuk produk menstruasi, menemukan jalannya ke pantai Inggris.

Namun, ada banyak alternatif berkelanjutan bebas plastik di pasaran yang bisa kita gunakan sebagai alternatif pengganti.

Baca Juga : Amankah Peralatan Dapur Berbahan Baku Plastik yang Selama Ini Anda Gunakan?

Kita juga bisa memilih gelas menstruasi yang terbuat dari silikon, merupakan pilihan ramah lingkungan yang populer.

Pita

Ada banyak pita yang terbuat dari beludru, sutra, satin, serta banyak pilihan dengan harga terjangkau namun mengandung plastik.

Untuk menguranginya, kita bisa menggunakan kembali pita yang sudah pernah dipakai dan menyimpannya saat menerima hadiah yang dibungkus dengan pita.

Baca Juga : Mengapa Hewan Laut Bisa Sampai 'Terkecoh' Anggap Sampah Plastik Sebagai Makanan?

Selain itu, ada banyak alternatif pita ramah lingkungan dan biodegradable di toko-toko.

Kantong teh

Untungnya, tak semua kantong teh mengandung bahan plastik. Kantong teh dengan bahan polypropylene, yang merupakan plastik penyegel untuk menyatukan isinya, inilah yang berkontribusi besar pada pencemaran laut.

Pada tahun 2018, kelompok lingkungan "38 Degrees" meluncurkan petisi yang menyerukan produsen teh besar, untuk mengeluarkan plastik dari semua kantong tehnya.

Mereka minta para produsen teh menggunakan produk biodegradable yang lebih ramah lingkungan.

Baca Juga : Rela Menabung Hingga Rp55 Juta Demi Operasi Plastik, Nasib Gadis Ini Justru Berakhir Tragis

Petisi itu mengumpulkan lebih dari 177.000 tanda tangan dan banyak produsen teh sejak itu mengungkapkan rencana untuk memproduksi kantong teh bebas plastik.

Bulu binatang buatan

Seiring semakin banyaknya merek fesyen yang melarang penggunaan bulu binatang, penggunaan bulu binatang palsu telah melonjak.

Banyak rumah mode ternama yang mulai beralih menggunakan bulu binatang imitasi dalam produk mereka demi kelestarian hewan.

Ini mungkin tampak seperti ide yang baik. Namun, anggota parlemen Mary Creagh mengatakan, bulu binatang palsu itu dibuat dari serat buatan seperti poliester.

Baca Juga : Sering Santap Seafood? Anda Mungkin Sudah Menelan Hingga 11.000 Mikroplastik, Ini Dampaknya

Bentuk poliester yang paling umum adalah polietilen tereftalat, plastik yang terbuat dari minyak mentah yang juga digunakan untuk membuat botol kecap.

"Fashion memberi tahu kita bahwa kita dapat memiliki apa pun yang kita inginkan, bahwa kita tidak ingin membunuh hewan untuk memiliki bulu kita," ucap Creagh.

Namun Creagh menambahkan, semua itu mengakibatkan peningkatan emisi karbon yang dihasilkan dari proses ekstraksi bahan untuk alternatif pengganti bulu binatang asli.

Glitter

Ini mungkin terlihat tak masuk akal. Namun, benda berkilau itu sebagian besar terbuat dari plastik.

Baca Juga : Polisi Kaget, ‘Mayat’ di Dalam Kantong Plastik Hidup Lagi, Ternyata Ini Kejadian Sebenarnya

Oleh karena itu, para ilmuwan pada November 2017 menyerukan agar item berkilau itu dilarang karena dampaknya pada lingkungannya.

"Saya pikir semua glitter harus dilarang, karena ini plastik," kata antropolog lingkungan bernama Dr Trisia Farrelly saat itu.

Menurutnya, glitter berbahan plastik ini juga terdapat pada kosmetik yang kerap digunakan banyak orang.

Glitter juga kerap dipakai sebagai bahan kostum. Lebih dari 60 festival di Inggris telah berjanji untuk melarang glitter sebagai bagian dari komitmen untuk mengurangi limbah plastik sekali pakai di tahun 2021.

Baca Juga : Tahun 2019 Pakai atau Sediakan Kantong Plastik di Jakarta Bisa Didenda Rp25 Juta

Sayangnya, ini bukan hal yang mudah karena tak semua orang sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan.

Untungnya, beberapa perusahaan berupaya untuk menciptakan alternatif berkelanjutan dengan memakai bahan ramah lingkungan dan biodegradable. (Ariska Puspita Anggraini) Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tak Hanya Kantong Kresek, ini 5 Bahan Mengandung Plastik".