Find Us On Social Media :

Salah Satunya Tercatat di Kitab Jawa, Tsunami Selat Sunda Sudah Terjadi 12 Kali

By Muflika Nur Fuaddah, Selasa, 25 Desember 2018 | 08:30 WIB

 

Intisari-Online.com - Pesisir pantai Banten diterjang tsunami setinggi 0,9 meter pada hari Sabtu (22/12/2018) malam.

Gelombang yang mengakibatkan sejumlah kerusakan itu, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) adalah tsunami.

BMKG menyampaikan kesimpulan tersebut setelah mendapatkan data dari 4 stasiun pengamatan pasang surut di sekitar Selat Sunda pada waktu kejadian tsunami, yaitu pukul 21.27 WIB.

Hasil pengamatan menunjukkan tinggi gelombang masing-masing 0.9 meter di Serang pada pukul 21.27 WIB, 0,35 meter di Banten pada pukul 21.33 WIB, 0,36 meter di Kota Agung pada pukul 21.35 WIB, dan 0,28 meter pada pukul 21.53 WIB di Pelabuhan Panjang.

Baca Juga : Ini Daftar Bencana yang Diramal Akan Terjang Indonesia pada 2019, Menurut BNPB

Tsunami di sekitar Selat Sunda (Banten-Lampung) itu nampaknya menjadi yang ke-12 setelah rentetan tsunami sebelum-sebelumnya yang pernah terjadi.

Diketahui bahwa tsunami pertama yang tercatat terjadi di Selat Sunda pada tahun 416 disebabkan oleh erupsi gunung api Krakatau.

Fakta itu diungkap dalam Jurnal Geologi Indonesia 'Tsunamigenik di Selat Sunda: Kajian terhadap katalog Tsunami Soloviev' oleh Yudhicara dan K. Budiono.

Lebih jauh, tsunami tahun 416 itu juga diketahui tercatat dalam Kitab Jawa yang berjudul Pustaka Radja (Book of Kings).

Baca Juga : Tsunami Banten: Letusan Dahsyat Gunung Krakatau 1883 Ternyata Jadi 'Kunci Jawaban' Tenggelamnya Atlantis yang Misterius

Erupsi yang terjadi waktu itu diyakini menyebabkan naiknya gelombang laut yang menggenangi daratan dan memisahkan pulau Sumatera dengan Jawa.

Dalam jurnal itu dikatakan bahwa penyebab tsunami tidaklah tunggal.

Selain erupsi gunung api dan gempa bumi bawah laut, ada juga peristiwa longsoran di kawasan pantai dan di dasar laut.

Berdasarkan katalog Soloviev dan Go (1974), berikut 11 data kejadian tsunami di Selat Sunda sebelumnya:

Baca Juga : Tak Hanya Indonesia, Seluruh Dunia Berubah 'Mencekam' Seperti Ini Ketika Terjadi Erupsi Krakatau

1. Tahun 416

Kitab Jawa yang berjudul Pustaka Radja mencatat adanya beberapa kali erupsi dari gunung yang diyakini Gunung Api Krakatau saat ini.

Erupsi itu menyebabkan naiknya gelombang laut dan menggenangi daratan yang akhirnya memisahkan pulau Sumatera dan Jawa.

2. Oktober 1722

Baca Juga : Kesaksian Fotografer Norwegia yang Melihat dua Gelombang di Pantai Anyer, Lalu Melarikan Diri Ke Hutan

Pukul 8:00 terjadi gempa bumi kuat di laut, yang dirasakan di Jakarta dan menyebabkan air laut naik seperti air mendidih.

3. 24 Agustus 1757

Gempa bumi yang kuat dirasakan di Jakarta kurang lebih selama 5 menit.

Selama goncangan yang terkuat, angin dirasakan berasal dari timur laut. Air sungai Ciliwung meluap naik hingga 0,5 meter dan membanjiri Kota Jakarta.

Baca Juga : Ini 7 Alasan Kita Harus Makan Bawang Putih Setiap Hari

4. 4 Mei 1851

Di Teluk Betung, di dalam Teluk Lampung di pantai selatan pulau Sumatera, teramati gelombang pasang naik 1,5 m di atas air pasang biasanya.

5. 9 Januari 1852

Dirasakan gempa bumi yang menyebar dari bagian barat Jawa hingga bagian selatan Sumatera, dirasakan juga di Jakarta, dan gempa-gempa susulannya dirasakan pula di Bogor dan Serang.

Fluktuasi air laut juga tidak seperti biasanya.

Baca Juga : Pada Hari Tsunami Terjadi, Suami Tantri Kotak Sekeluarga Sempat Akan Berlibur ke Pantai Anyer, Namun Diurungkannya

6. 27 Agustus 1883

Terjadi erupsi yang sangat dahsyat dari gunung api Krakatau, yang diikuti oleh gelombang tsunami.

Ketinggian tsunami maksimum teramati di Selat Sunda hingga 30 meter di atas permukaan laut, 4 meter di pantai selatan Sumatera.

2-2,5 m di pantai utara dan selatan Jawa, 1,5-1 m di Samudera Pasifik hingga ke Amerika Selatan.

Di Indonesia sebanyak 36.000 orang meninggal dunia.

7. 10 Oktober 1883

Di Cikawung di pantai Teluk Selamat Datang, teramati gelombang laut yang membanjiri pantai sejauh 75 m.

Baca Juga : Seperti Inilah Video Semburan Lava Anak Gunung Krakatau pada Sabtu 22 Desember, Sebelum Tsunami Melanda

8. Februari 1884

Lima bulan setelah kejadian erupsi Gunung api Krakatau, tsunami kecil teramati di sekitar Selat Sunda, diakibatkan oleh suatu erupsi gunung api.

9. Agustus 1889

Teramati kenaikan permukaan air laut yang tidak wajar di Anyer, Jawa Barat.

10. 26 Maret 1928

Kejadian erupsi Gunung Api Krakatau diiringi oleh kenaikan gelombang laut yang teramati di beberapa tempat di sekitar wilayah gunung api.

Baca Juga : (Video) Detik-detik Panggung Seventeen Diterjang Tsunami, Tepat Saat Ifan Minta Penonton Tepuk Tangan

11. 22 April 1958

Pukul 5:40, dirasakan gempa bumi di Bengkulu, Palembang, Teluk Banten dan Banten yang diiringi dengan kenaikan permukaan air laut yang meningkat secara berangsur.

Seperti yang telah disebutkan, penyebab tsunami bisa dipicu oleh berbagai macam faktor.

Hasil kajian juga membuktikan bahwa tsunami yang terjadi di Selat Sunda di masa lampau dipengaruhi oleh kondisi geologi dan tektonik di wilayah tersebut.

Baca Juga : Kecepatan Gelombang Tsunami Dapat Lampaui Kecepatan Pesawat Jet, Ini 7 Fakta Menarik Tsunami