Find Us On Social Media :

NH Dini: Nama Beken Bukan Jaminan Mudahnya Menerbitkan Buku

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 5 Desember 2018 | 14:00 WIB

Melihat keadaan yang demikian itu, makin hilang minatku menulis puisi. Menulis puisi saat itu, sudah menjadi terlalu umum.

Dirikan grup sandiwara

Tahun 1953 aku memutuskan banting setir ke dunia cerpen. Dengan menulis cerpen, aku merasa tak punya pesaing di antara teman-teman sekolah.

Baca Juga : Pernah Baca Novel Harry Potter? Berbanggalah, karena Anda Tumbuh Menjadi Orang yang Lebih Baik

Benar saja, setelah mencoba-coba, jerih payahku berbuah. Aku lupa judul cerpen pertamaku, tapi banyak cerpenku dimuat di majalah Kisah, Mimbar Indonesia, dan Siasat (Jakarta).

Honornya termasuk besar, lo, Rp 60 sampai Rp 70.

Kegiatanku makin berkembang ketika di tahun 1953 RRI Semarang memintaku mengisi acara sandiwara radio. Dibantu kakakku, Teguh Hasmar, kusanggupi permintaan itu.

Mas Teguh yang membuatkan naskahnya. Pelan-pelan, aku pun bisa menulis naskah-naskah drama yang kemudian kulakonkan bersama Mas Teguh dan teman-teman SMA.

Baca Juga : Setelah Membunuh John Lennon, David Chapman Langsung Membaca Novel Terlarang di Amerika

Saking seringnya mengisi sandiwara di RRI, aku mendirikan grup sandiwara Kuncup Seri. Grup ini mewadahi kegiatan siswa SLTA di Semarang.

Selain sandiwara, grup kami juga giat di bidang tari dan karawitan. Aku juga punya kesibukan baru sebagai redaktur budaya di majalah sekolah Gelora Muda sampai aku lulus SMA.

Biarpun sibuk, aku sempat mengikuti lomba penulisan naskah sandiwara radio se-Jawa Tengah. Wah, bangganya bukan main, lo.