Find Us On Social Media :

NH Dini: Nama Beken Bukan Jaminan Mudahnya Menerbitkan Buku

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 5 Desember 2018 | 14:00 WIB

Cara mendidik Ibu itu sangat berkesan di hatiku, dan menjadi bagian dari buku yang kutulis dengan judul Cerita Kenangan.

Baca Juga : Patrick Modiano, Novelis Perancis yang Memenangkan Hadiah Nobel Sastra 2014

Bukan hanya Ibu yang suka menolong orang. Bapak pun tak kalah dermawannya. Beliau suka sekali menolong para gerilyawan.

Maklum, saat itu zaman perang kemerdekaan. Salah satunya dengan memberi makan atau menyediakan persembunyian bagi para pejuang. Gara-gara perbuatannya itu, Bapak pernah dilangkap dan dipenjarakan Belanda.

Keluar dari penjara, kesehatan Bapak merosot drastis. Beliau sering batuk-batuk, lantaran paru-parunya sakit.

Bapak meninggal tahun 1949 di saat enam anaknya masih membutuhkan banyak perhatian dan biaya. Biaya sekolah dan hidup sehari-hari kami pun menjadi tanggungan saudara-saudara Ibu.

Baca Juga : Cerita Aldi Novel Adilang, Orang Manado yang Terbawa Arus Laut dari Indonesia Hingga ke Guam

Diikuti teman-teman sekolah

Hidup di masa perang, tak ayal membuat sekolahku terputus-putus. Kendati demikian, semangatku untuk sekolah tetap membara, apalagi orang tuaku memang sangat mengutamakan pendidikan anak-anak.

Menginjak bangku SMP,  perang pun usai. Kehidupan pelan-pelan mulai tertata kembali. Di bangku SMP itulah, minatku pada seni sastra mulai tampak.

Aku suka sekali menulis prosa dan puisi. Berulang-ulang kubaca karyaku, sebelum memberanikan diri mengirimkannya ke RRI Semarang.

Baca Juga : Misteri Hilangnya Penulis Novel Serial Detekftif Terkenal Agatha Christie