Find Us On Social Media :

Pesta Imlek di Taiwan: Tari Satu Kaki Tanda Dewa Mengabulkan Permintaan

By Ade Sulaeman, Jumat, 16 Februari 2018 | 15:45 WIB

Dari statistik sebelum tahun 1949, di Daratan Cina terdapat 300.000 kuil dengan penganut mencapai 55 juta lebih. Dalam kehidupan beragama, orang Cina tidak terlalu ketat.

(Baca juga: Den Harin, Pasukan Khusus Paling Misterius yang Dianggap Lebih Hebat dari Kopassus)

Toleransi mereka begitu besar, sehingga mereka bisa menganut agama itu dan ini. Jadi statistik itu hanya bisa dipakai sebagai perkiraan, karena satu agama saja bisa luas penganutnya.

Yang jelas, rakyat lebih suka berpegang pada kepercayaan yang bisa menjamin. Bila dewa atau upacara-upacara kepercayaan yang bersangkutan sudah kehilangan pamornya, dalam waktu singkat akan dilepaskan begitu saja.

Ketika itu para wakil masing-masing kepercayaan itu berusaha menyesuaikan diri dengan selera publik. Mereka tidak mau ada risiko kehilangan peminat, yang juga berarti kehilangan dana.

Saat upacara dihentikan 1,5 jam untuk istirahat, saya berkesempatan berbincang-bincang dengan pendeta kepala, Chen, di kantin sederhana. Dia mengadakan pesta kurban di sebuah desa yang memiliki tiga ratus kepala keluarga, yang letaknya tidak jauh dari Kuil Mazu.

Salah seorang yang duduk semeja dengan kami adalah seorang medium berusia sekitar 45 tahun dengan wajah dan potongan tubuh seperti seorang petinju.

Dia sudah praktek sejak usia tujuh belas tahun, yaitu mengadakan kontak dengan berbagai roh, termasuk roh-roh orang terkenal seperti Sun Yat Sen atau putra-putra kaisar yang terkenal.  Untuk itu dia harus berada dalam trance.

Bila sedang dalam trance, tubuhnya akan bergoyang dengan kuat ke kiri dan kanan, menghantam meja dengan kedua tangannya dan menari dengan satu kaki.

Kadang-kadang dia menari sampai semalaman. Sesudah itu dia akan pingsan. Bila tidak pingsan atau jatuh, dia akan berkata-kata. Konon menurut orang yang pernah mengalaminya, dia mengucapkan syair zaman Tang.

"Saya tidak pernah menipu," ujar medium dengan gembira sambil menenggak anggur. "Saya selalu memberikan jawaban bagi pertanyaan yang dilontarkan pada saya. Apa yang akan terjadi di masa depan pun akan saya katakan. Karena itu saya punya banyak teman, walaupun saya harus mengatakan yang tidak enak."