Intisari-Online.com – Suatu pagi A Fung ingin memberikan ucapan selamat tahun baru pada neneknya.
"Popo, Gongsi Facai" begitu ucapnya ketika bertemu neneknya yang sudah tua.
Si Popo dengan agak kaget menjawab, "Fung, A Fung cucuku, nenek yang sudah tua begini enggak perlu facai lagi, yang lebih penting sehat walafiat."
Ganti si A Fung kaget, "Tapi di mana-mana orang mengucapkan itu sebagai ucapan Tahun Baru Imlek."
Begitu sering terdengar dan tertulis di spanduk kalimat dalam Bahasa Mandarin Gongxi Facai, lama-kelamaan orang mengira kalimat itu berarti "Selamat Tahun Baru". Padahal, artinya "Selamat, Semoga Kaya". Gongxi (baca: kungsi) berarti selamat, fa berarti berkembang, dan cai berarti kekayaan. Facai berarti berkembang dan menjadi kaya.
Ucapan ini mengandung suatu harapan, karena itu dapat ditambahkan kata semoga, sehingga diterjemahkan menjadi "Selamat, semoga kaya". Nenek si A Fung yang merasa ucapan "Gongxi Facai” tidak cocok untuknya.
Adakah ucapan yang maknanya "Selamat Tahun Baru Imlek"? Beberapa puluh tahun lalu penduduk keturunan Cina Hokkian masih cukup dominan di Pulau Jawa, juga di daerah seperti Medan, Palembang, ucapan yang sering terdengar adalah Sin Cun Kiong Hi. Kiong Hi berarti selamat, sin berarti baru, dan cun atau musim semi. Maknanya kira-kira "Selamat Menyambut Musim Semi". Jadi pada masa itu orang Tenglang yang sudah tidak bisa berbahasa Hokkian pun, apalagi bahasa Mandarin, akan mengucapkan "Sin Cun Kiong Hi" tanpa tahu artinya. Jadi, hampir samalah dengan keadaan sekarang, tahu bunyi tidak tahu arti.
Dari mana muncul penamaan Tahun Baru Imlek? Kata imlek berasal dari bahasa Hokkian Selatan dialek Amoi, berarti "penanggalan bulan". Jadi, kata imlek tidak mengacu kepada nama suatu perayaan, melainkan nama penanggalan yang didasarkan pada perhitungan bulan (lunar). Nama Tahun Baru Imlek hanya muncul di Indonesia. Ini digunakan untuk membedakan dengan Tahun Baru Masehi tanggal 1 Januari. (Hermina Sutami)