Find Us On Social Media :

Dipuja-puji Sebagai Syaikul Islam, Snouck Hurgronje Justru Jadi ‘Mata-mata’ Terbaik Belanda

By Ade Sulaeman, Kamis, 1 Februari 2018 | 19:00 WIB

Keempat anak Snouck dari perkawinannya yang pertama kini sudah tiada. Hanya R. Joesoef yang diberkahi usia lanjut.

Purnawirawan perwira tinggi kepolisian yang pernah menjadi kepala polisi Jawa Barat dan Wakil Kapolri ini kini masih sehat dan tinggal di Bandung dalam usia 83 tahun.

R. Joesoef ternyata bukan satu-satunya anak Snouck yang masih hidup. Setelah pulang ke Negeri Belanda, Snouck sempat kawin lagi. Dari perkawinannya yang ketiga ini ia punya seorang anak perempuan, Christine, yang kini masih hidup dalam usia 70-an tahun.

Seperti hampir semua orang, Christine tak pernah tahu ia masih punya seorang kakak laki-laki di Indonesia.

Semua baru kaget setelah sejarawan Belanda Von Koningsveld pada awal tahun 1980-an membeberkan di surat kabar hasil penelitiannya tentang kehidupan perkawinan Snouck selama ia tinggal di Hindia Belanda.

Begitu membaca berita tersebut, Christine lalu menyurati R. Joesoef, menyatakan ingin bertemu dan mengharapnya berkunjung ke Negeri Belanda.

Singkat cerita, akhirnya bertemulah kakak-beradik R. Joesoef — Christine, yang sebelumnya tak pernah saling kenal selama lebih dari 70 tahun. Konon, peristiwa pertemuan dua manusia lanjut usia ini sangat mengharukan, penuh linangan air mata.

Dokumen-dokumen sejarah yang baru ditemukan belakangan, makin kuat menunjukkan bahwa Snouck menjadi Islam hanya karena ingin secara total menyelami dan menguasai pengetahuan Islam —dan juga demi tugas sebagai penasihat pemerintah dalam urusan pribumi—

Dahulu, hal ini tak ada seorang pun yang tahu, termasuk dua penghulu yang sempat jadi mertuanya.

Juga tak ada sahabat-sahabat pribuminya yang tahu bahwa Snouck malah sering bertindak di luar jalur ajaran Islam.

Tahun 1915, misalnya, Snouck pernah mengajukan usulan pada pemerintah agar umat Islam Hindia Belanda dilarang melakukan ibadah haji ke Mekkah, semata-mata untuk menghindari pengaruh gerakan Pan Islamisme yang revolusioner.

Jalan sejarah pasti akan lain jadinya andaikata Snouck tidak pernah bersembunyi dibalik nama Abdul Gaffar, syaikul Islam Jawa.

(Ditulis oleh Muljawan Karim. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 1989)

(Baca juga: Sepertinya Indonesia Belum Siap Menerima Orang Super Cerdas, Buktinya 'Anak Ajaib' dari Surabaya Ini Justru Pernah Dibawa ke Dokter Jiwa)