Find Us On Social Media :

Dipuja-puji Sebagai Syaikul Islam, Snouck Hurgronje Justru Jadi ‘Mata-mata’ Terbaik Belanda

By Ade Sulaeman, Kamis, 1 Februari 2018 | 19:00 WIB

Ketika Snouck di Mekkah ia banyak ditolong oleh Raden Abubakar Djajadiningrat, seorang kerabat bupati Serang.

(Baca juga: Kisah Bung Karno di Akhir Kekuasaan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak)

Betah di Jawa

Waktu bertugas sebagai penasihat dalam Perang Aceh, 1891-1892, Snouck pun turun langsung ke lapangan. Sebagai Mufti Abdul Gaffar, dengan gampang ia mendapat kepercayaan dari para tokoh masyarakat dan ulama Aceh.

Snouck sendiri merasa sreg dengan tugas-tugas yang dipikulnya dan jadi betah tinggal di Jawa. Ia lalu memohon agar statusnya sebagai petugas tidak tetap dalam pemerintah Hindia Belanda diubah menjadi petugas tetap.

Kariernya di Hindia Belanda menanjak terus. Maret 1891 ia diangkat menjadi Penasihat Bahasa-bahasa Timur dan Hukum Islam, dan meningkat menjadi Penasihat Urusan Pribumi dan Arab pada bulan Januari 1889.

Meski ia berkantor di Batavia, Snouck tetap sering turne ke berbagai daerah. di Jawa. Antara tahun 1898 – 1903 Snouck Hurgronje sempat beberapa kali ke Aceh untuk membantu Jenderal Van Heutz dalam menaklukkan Aceh.

Setelah 17 tahun di Hindia Belanda, tahun 1906 ia pulang untuk berlibur ke Negeri Belanda. Namun, Snouck malah diangkat menjadi guru besar di Universitas Leiden, merangkap penasihat menteri jajahan.

Kawin dengan anak penghulu

Dalam sebuah perjalan tugasnya ke berbagai pelosok Jawa Barat, Snouck yang masih bujangan jatuh hati pada anak gadis kepala penghulu Ciamis, Raden Haji Muhammad Ta'ib. Snouck pun menikah secara Islam dengan Sangkana, begitu nama si anak penghulu, di Masjid Ciamis.

Perkawinan ini, yang beritanya antara lain dimuat dalam  Soerabaja Courant edisi 9 dan 13 Januari 1890, menimbulkan kehebohan besar di kalangan pemerintah.