Find Us On Social Media :

Dipuja-puji Sebagai Syaikul Islam, Snouck Hurgronje Justru Jadi ‘Mata-mata’ Terbaik Belanda

By Ade Sulaeman, Kamis, 1 Februari 2018 | 19:00 WIB

Intisari-Online.com – Mengapa Snouck bisa sampai di Hindia Belanda sebagian besar juga karena dipacu semangat petualangannya.

Setelah kabur dari Mekkah, Snouck kembali mengajar di Universitas Leiden. Tapi ia merasa kurang puas dan ingin melepaskan diri dari tugas mengajar.

Apa yang dimauinya adalah melakukan penelitian tentang Islam di Hindia Belanda.

Ia lagi-lagi beruntung karena permohonannya pada gubernur jenderal mendapat sambutan positif. Menteri kolonial Belanda juga mendukung rencana Snouck yang memang berotak cemerlang.

(Baca juga: Kontroversi Snouck Hurgronje, Utusan Kolonial yang Menjadi Syaikul Islam Jawa dan Menguasai 15 Bahasa)

Salah satu tugas utamanya adalah meneliti suku bangsa Aceh, yang sudah lama menjengkelkan pemerintah di Batavia karena tak mau tunduk dan terus melakukan perlawanan pada pelnerintah kolonial.

Ia dijanjikan akan mendapat tunjangan sebesar 1.150 gulden sebulan. Namun, terbatasnya  dana yang ada membuat tunjangan ini dikurangi menjadi hanya 700 gulden saja.

Baru dua minggu di Hindia Belanda Snouck sudah akrab dengan sejumlah tokoh keturunan Arab dan para ulama, yang sebagian memang sudah dikenalnya di Arab.

Secara khusus ia menjalin persahabatan dengan Othman Ibn Yahya, ulama keturunan Arab yang lalu jadi orang kepercayaannya di Kantoor voor Inlandsche Zaken, Kantor Urusan Pribumi, yang dipimpin Snouck.

Di kalangan pegawai Belanda di Batavia, Snouck dianggap lain dari yang lain. Tidak seperti amtenar Belanda umumnya, Snouck lebih suka tinggal di lingkungan kaum pribumi atau keturunan Arab.

Di Batavia ia misalnya pernah tinggal di Gang Sentiong dan di Oude Tamarindelaan, Jl. Asemlama (sekarang Jl. Wahid Hasyim), di mana banyak tinggal warga keturunan Arab. Maksudnya tentu saja agar ia lebih dekat dengan para nara sumbernya.

Ia juga pernah tinggal di Cilegon untuk meneliti sebab-sebab terjadinya pemberontakan yang diduga didalangi para ulama di sana. Dari Cilegon Snouck lalu pindah ke Menes dan tinggal menumpang di rumah keluarga bupati Serang yang sudah ia kenal sebelumnya.