Find Us On Social Media :

Kenapa Perang Kimia Begitu Ditakui dan Dibuat Kesepakatan Internasionalnya Segala?

By Moh Habib Asyhad, Senin, 27 November 2017 | 16:00 WIB

Dua tahun kemudian, Schrader yang bekerja untuk perusahaan Bayer itu, menemukan Sarin, yang dua kali lebih ampuh daripada Tabun.

Senyawaan ini bukan sianida, tapi fluorida, yaitu isopropoksi-metilfosforilfluorida.

Lalu pada tahun 1944, ia menemukan Soman, yang sejenis fluorida juga (yaitu pinakol-oksimetil-fosforil-fluorida). Ini dua kali lebih beracun daripada Sarin, yang sudah dua kali lebih ampuh daripada Tabun tadi.

Ketiga-tiganya merusak hubungan antara susunan urat saraf dan otot-otot penggerak tubuh.

Biasanya urat saraf mengerahkan senyawaan asetil-kholin, untuk memerintahkan otot agar menegang. Untuk mengendurkannya kembali, dikeluarkanlah enzim asetilkholinesterase.

(Baca juga: Hanya Pemimpin yang Frustrasilah yang Menggunakan Senjata Kimia dalam Peperangan)

Celakanya, gas urat saraf Tabun, Sarin dan Soman itu mengalang-alangi kerja enzim ini.

Akibatnya, korban itu kejang-kejang terus, sampai akhirnya otot yang bersangkutan lumpuh karena capek. Kematian menyusul, karena tubuh kekurangan oksigen.

Soalnya, paru-parunya tidak bekerja, karena otot penggeraknya lumpuh.

Karena itulah, korban gas fosfor harus sedini mungkin diberi oksigen.

Sementara menunggu kesempatan dibawa ke rumah sakit tentara yang ada alat pemberi oksigen, ia diamati terus.

Begitu ia sulit bernapas, segera mulai diberi pernapasan buatan dari mulut ke mulut, seperti pada keracunan gas mostar.