Find Us On Social Media :

Kenapa Perang Kimia Begitu Ditakui dan Dibuat Kesepakatan Internasionalnya Segala?

By Moh Habib Asyhad, Senin, 27 November 2017 | 16:00 WIB

Semua orang waras jelas setuju, bahwa pemakaian gas seperti itu tidak manusiawi. Karena itu, 38 negara berbudaya yang manusiawi kemudian menandatangani Protokol Jenewa pada tahun 1925.

Demi perikemanusiaan, protokol ini melarang penggunaan senjata kimia dalam perang. Negara yang melanggar akan diprotes dan diresolusi dalam sidang Dewan Keamanan PBB. (Hanya itu).

Sayang, tidak semua rakyat negara yang bersangkutan cepat tanggap; Jerman paling dulu meratifikasi protokol itu pada tahun 1929.

Inggris baru setahun kemudian, sedang Jepang baru tahun 1970, setelah ada PD II dengan bom atomnya.

Anehnya, Amerika Serikat yang terkenal vokal sebagai pendekar demokrasi dan hak asasi manusia itu malah baru pada tahun 1975 meratifikasinya. Lima puluh tahun sesudah protokol ditandatangani.

(Baca juga: Unit 731, Proyek Rahasia Militer Jepang untuk Memproduksi Senjata Biologi dan Menggunakan Manusia sebagai Kelinci Percobaannya)

Fosfor lebih dahsyat

Yang mengerikan ialah, bangsa lain tidak berhenti mencari senjata pamungkas untuk  menghancurkan musuh. Pada tahun 1936, Gerhard Schrader dari Jerman menemukan gas pengganggu urat saraf: Tabun.

Sebenarnya ia mencari obat antiserangga, tapi tahu-tahu ia menemukan racun yang bisa membunuh orang juga.

Zat berupa senyawaan dimetil-amidoetoksi-fosforilsianida ini luar biasa ampuhnya.

Satu tetes saja mengenai tubuh lewat kulit (atau uapnya terhirup melalui paru-paru), sudah mematikan. Ini lalu dimanfaatkan sebagai senjata militer dalam perang kimia.