Find Us On Social Media :

Setelah 4 Tahun, CIA Berhasil Bujuk Agen Ini Agar Berkhianat pada Negaranya Gara-gara Pil Aborsi

By Ade Sulaeman, Kamis, 23 November 2017 | 14:30 WIB

Dua jam kemudian terlihat ia datang. Adamski ternyata tidak sendirian. Ada tiga orang lain menemaninya. Meski kecewa, saya ingin melihat apa reaksi Adamski bertemu lagi dengan saya di sini. Pelan-pelan perahu saya kayuh mendekati mereka.

Setelah dekat, ia tidak menyapa, juga tidak melambaikan tangan, meski jelas-jelas ia menatap saya. Rupanya ia tidak ingin teman-temannya tahu bahwa ia kenal saya. Fakta ini menarik. Itu artinya pertemuan-pertemuan kami selama ini sama sekali tidak diketahui konsulatnya.

Namun, proyek pemancingan ini tak membuahkan apa-apa. Setelah itu hubungan kami putus lagi.

Saya tidak tinggal diam. Agen kami yang ada di biro-biro perjalanan di Turki rmemberitahukan bahwa akhir bulan ini Adamski dan rombongannya mau berlibur ke Bursa, bekas ibu kota Kekaisaran Ottoman pertama yang terkenal dengan bangunan kuno, hasil kerajinan keramik dan sumber air  panas.

Kota  yang jadi pintu keluar Istambul ini setiap akhir minggu pasti ramai wisatawan. Informan kami juga memberi tahu di hotel mana Adamski menginap. Oleh karena itu saya memutuskan untuk menginap tak jauh dari penginapan Adamski.

Sempat terbersit kekhawatiran, jangan-jangan kemunculan saya di Bursa akan menimbulkan kecurigan Adamski. Tapi sebaliknya, langkah ini bisa dianggap ujian terakhir, akan berhasilkah rencana saya merekrut Adamski?

Sejak pukul 10.00 saya sudah nongkrong di lobi hotel tempat Adamski akan menginap. Menjelang tengah hari mereka muncul. Sengaja saat itu saya beranjak ke luar hotel untuk kembali ke penginapan.

Benar saja, begitu melihat saya, mereka amat terkejut, bahkan mungkin curiga. Benarkah semua ini "kebetulan" belaka? Mengapa saya bisa muncul di mana-mana? Di dekat kantor Wittel, di Danau Cekmece, dan sekarang di hotel ini?

Setelah lepas dari kekagetannya, ia tersenyum. Tawaran untuk bertandang ke hotel saya untuk sekadar minum bersama Irina, diterima. Tapi ia akan menemui saya sendirian saja. Dalam  penantian ini saya bertanya-tanya.

Apakah  ia masih terus diawasi atau ia mau  datang atas kemauan sendiri. Saya waswas apakah rencana saya bisa terlaksana. Pukul 19.00 Adamski sendirian sedangkan Irina keluar bersama rekannya.

Ternyata setelah itu kami tak bisa berhubungan lagi.  Apalagi Mei 1969, Adamski cuti pulang ke Polandia. Sejak itu kami sibuk dengan urusan masing-masing. Bahkan musim panas tahun 1970 Maggie bersama kedua anak kami pulang ke Amerika.

Dengan  alasan tak tahan lagi mengikuti jalan hidup saya, Maggie mengajukan cerai. Sementara itu situasi dalam negeri Turki semakin memburuk. Konsul jenderal Israel terbunuh di flatnya,  tak  jauh dari tempat saya tinggal.