Advertorial

Meski Sama-sama Badan Intelijen AS, Nyatanya CIA Bisa Lebih Brutal dan Menghalalkan Segala Cara Dibanding FBI

Moh Habib Asyhad

Editor

Jika ketika merigkus targetnya FBI menunjukkan jati diri dan hak-hak  hukum bagi orang yang ditangkapnya, tidak begitu dengan agen CIA.
Jika ketika merigkus targetnya FBI menunjukkan jati diri dan hak-hak hukum bagi orang yang ditangkapnya, tidak begitu dengan agen CIA.

Intisari-Online.com -Hingga saat ini pemeritah AS sangat mengandalkan dua lembaga intelijennya: Central Intelligence Agency (CIA) dan Federal Biro Investigation ( FBI).

Dua badan ini sangat dipercaya untuk menangani maslaah-masalah keamanan yang datang baik dari dalam maupun luar negeri.

CIA dan FBI sebagai lembaga intelijen AS sama-sama bernaung di bawah lembaga Director of National Intelligence (DNI).

(Baca juga:‘Selangkah Lagi akan Diserang Korut’, Direktur CIA Minta Donald Trump Segera Ambil ‘Tindakan Nyata’)

Untuk urusan keamanan dalam negeri pemerintah AS mengandalkan kemampuan deteksi dini pada FBI. Dalam kerjanya, badan ini biasa bekerja sama dengan lembaga Drug Enforcement Administration (DEA).

Kedua lembaga itu berada di bawah Departemen Kehakiman AS.

Ruang lingkup kerja FBI di dalam negeri antara lain meliputi fungsi tugas menjalankan keamanan, intelijen, dan menegakkan hukum federal di dalam negeri AS.

Selain sudah memiliki tugas yang utama, agen FBI juga masih memiliki kewajiban untuk mencegah timbulnya ancaman teroris dari dalam negeri. Mereja juga ditugaskan untuk memproteksi ancaman para intelijen asing yang akan beroperasi di AS.

Dalam menangani kasus kejahatan besar yang terjadi di AS FBI juga akan turun tangan membantu dan kadang mengambilalih kasus.

Berbeda dibanding agen CIA yang bekerja secara senyap, para agen FBI akan hadir secara terang-terangan di tempat umum dengan mengenakan penanda pengenal sebagai anggota FBI. Mereka juga biasa mengenakan rompi anti peluru berlogo FBI serta bersikap sopan.

Jika FBI menangani intelijen dan keamanan dalam negeri AS, maka untuk tanggung jawab informasi intelijen dan keamanan luar negeri, pemeritah AS mempercayakannya pada CIA.

Sebagai lembaga intelijen yang sebenarnya mandiri dan bertugas untuk memberikan informasi-informasi mutakhir kepada Presiden dan militer AS, agen CIA bekerja di lingkup internasional.

(Baca juga:Tak Hanya Mengacaukan Negara-Negara Prokomunis, CIA Juga Bikin Kalang Kabut Negara Eropa Yang Tak Mau Gabung NATO)

Semua agen CIA bekerja secara rahasia demi mendapatkan info intelijen selengkap mungkin. Informasi itu selanjutnya akan dilaporkan ke markas besar CIA di Langley, Virginia.

Meskipun dalam operasionalnya CIA didukung dana dari negara, mereka diperbolehkan mencari dana tambahan dengan cara mengkoordinasi penjualan senjata gelap, mengelola bisnis narkotika, mengelola sumber daya alam lokal, dan lainnya.

Saat ini tugas utama CIA adalah mendukung militer dan pemeritah AS yang sedang gencar memerangi terorisme.

Para agen CIA bekerja sama denga lembaga intelijen dari negara lain seperti Mossad (Israel) dan M-16 Inggris.

Karena agen CIA juga melibatkan diri dalam pertempuran untuk menghancurkan targetnya, maka dibandingkan FBI, cara kerja mereka cenderung lebih brutal dan menghalakan segala cara.

Misalnya saja untuk memburu pentolan teroris, CIA mengerahkan drone bersenjata rudal. Ketika rudal ditembakkan, bukan hanya pentolan teroris yang mati tapi juga warga sipil lainnya yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan terorisme.

CIA bahkan memiliki penjara dan tempat penyiksaan yang tidak manusiawi di Guantanamo Bay, Kuba.

Jika ketika merigkus targetnya FBI menunjukkan jati diri dan hak-hak hukum bagi orang yang ditangkapnya, tidak begitu dengan agen CIA.

(Baca juga:Korut Kembali Ancam Menyerang, Donald Trump pun Diperingatkan CIA untuk ‘Jaga Mulut’)

Mereka akan cenderung meringkus targetnya meggunakan kekuatan militer dan cara-cara brutal lainnya, serta tidak pernah menunjukkan siapa jati diri yang sesungguhnya.

Artikel Terkait