Find Us On Social Media :

Imam Bonjol Panglima Perang Digdaya, Hanya Bisa Dikalahkan Belanda dengan Taktik Tipu Daya

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 12 November 2017 | 11:30 WIB

(Baca juga: Tak Peduli Kerabat Sendiri, Raja Salman Murka dan Langsung Menyuruh Menangkapnya Saat Tahu Ada Pangeran Arab Saudi Menyiksa Warga)

Benteng itu kemudian dinamai Benteng Bonjol, dengan luas area 90 hektar dan panjang keliling 800 m.

Tembok yang menglilingi benteng berparit itu tingginya empat meter dan lebar tiga meter.

Sebagai benteng yang dipersiapkan untuk pertahanan, selain dilengkapi enam meriam, sekeliling benteng ditanami semak berduri yang sulit ditembus.

Muhammad Syahab kemudian dipercaya memimpi Benteng Bonjol dan mendapat gelar Tuanku Imam Bonjol.

Di dalam benteng, kaum Padri yang  tinggal mampu menghidupi para anggotanya dengan cara bertani dan hidup secara eksklusif.

Keberadaan Benteg Bonjol tenyata menimbulkan kekhawatiran penguasa Alahan Panjang, pimpinan Datuk Sati.

Prajurit Alahan Pajang lalu berusaha menggempur Benteng Bonjol tapi upaya itu ternyata gagal total.

Kaum Padri pimpinan Imam Bonjol yang digdaya dan telah berpengalaman perang dengan mudah memukul mundur prajurit Alahan Panjang.

Imam Bonjol kemudian terus memperluas kekuasaannya hingga ke Tapanuli Selatan dan bagian barat Minangkabau.

Gerakan kaum Padri yang berkembang pesat itu rupaya tetap mendapat perlawaan dari kaum Adat.

Pasalnya, secara kekuasaan dan pengaruh adat istiadat, mereka merasa terancam.