Find Us On Social Media :

Jauh-Jauh ke Sulawesi, Pasukan RPKAD Terpaksa Menerima Kenyataan Pahit Harus Bertempur Melawan Rekan Sendiri

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 11 November 2017 | 19:30 WIB

Dengan pertimbangan itu,  kedua C-47 terus terbang melaju menembus awan tebal kumulonibus dan hujan lebat.

Tiba di atas udara Ambon cuaca justru makin buruk, hujan lebat dan gemuruh halilintar terus menerpa, pesawat pun terguncang guncang hebat.

Pasukan RPKAD yang berada di kabin penumpang tampak cemas dan sejumlah di antaranya mulai diserang mabuk udara.

Letnan Nurasid yang sudah kenyang pengalaman sebagai pilot Maskapai Penerbangan Garuda, tetap tenang dan terus memantau situasi melalui penunjuk instrumen di radio.

Dari informasi radio posisi kedua C-47 sudah tepat di atas lapangan udara Ambon.

Tapi karena cuaca yang demikian buruk dan gelap pekat, pilot tidak melihat tanda apa pun yang bisa dipakai sebagai panduan visual.

Yang terlihat hanyalan gemuruh hujan lebat dan kilatan halilintar yang menyambar nyambar serta teriakan para prajurit RPKAD yang sedang dilanda mabuk udara.

Setelah berkomunikasi dengan Kapten Dick, Letnan Nursaid berusaha melakukan pendaratan sedangkan, Kapten Dick memutuskan untuk holding.

Letnan Nursaid mencoba membuat suatu Non Directional Beacon (NDB ) procedur Let Down menuju landasan tapi karena hujan sangat lebat dan sama sekali tidak tampak tanda visual, upaya pendaratan dibatalkan.

Pesawat C-47 terbang menukik ke atas lagi disertai wajah wajah tegang anggota RPKAD.

Kedua C- 47 akhirnya hanya bisa berputar putar dan dengan perhitungan ketersediaan bahan bakar, Kapten Dick memberi perintah divert menuju lapangan udara Namlea yang berada di Pulau Buru.