Intisari-Online.com -Untuk menghadapi kekuatan pasukan pemberontak Maute yang telah berafiliasi dengan militan ISIS di propinsi Marawi, militer Filipina sebenarnya telah mengerahkan pasukan khususnya, Scout Ranger.
Sebagai pasukan khusus yang digembleng secara mati-matian, para personel Scout Ranger merupakan pasukan pilihan yang memiliki beragam kemampuan tempur untuk matra darat, laut, dan udara.
(Baca juga:Mengenal Farhana Maute, Wanita Yang Menjadi Ikhwal Mula Perang Marawi)
Para anggota Scout Ranger berasal dari berbagai satuan militer dan kepolisian Filipina yang mendaftar secara suka rela.
Sebelum diterima untuk menjalani pelatihan calon anggota Scout Ranger, para sukarelawan diseleksi terlebih dahulu baik secara mental maupun fisik.
Bagi yang lolos pada seleksi awal itu, para calon anggota Scout Ranger kemudian menjalani pelatihan yang dikenal brutal dan keras selama 24 minggu.
Tujuan pelatihan yang brutal, keras, dan berisiko pada kematian itu bertujuan untuk membentuk stamina fisik, mental, dan psikologi calon anggota Scout Ranger yang dalam misi tempurnya akan menghadapi tantangan di luar batas kemampuan manusia.
Pelatihan keras dan brutal yang harus dijalani para calon anggota Scout Ranger antara lain, lari dengan membawa beban seberat 35 kg dalam waktu 100 jam tanpa tidur dan istirahat.
Dalam kondisi kelelahan mereka harus menjalani pelatihan menjadi tawanan dan rela disiksa selama 17 jam.
Latihan penyiksaan itu adalah semua calon Scout Ranger hanya memakai celana kolor dan harus kuat disiksa selama 17 jam.
Tujuan latihan penyiksaan itu bukan untuk menciptakan trauma bagi para peserta tapi untuk menanamkan pemahaman bahwa mereka jangan sampai tertangkap musuh karena bisa menjalani penyiksaan hingga mati.
Hingga tahap akhir pelatihan biasanya hanya sebanyak 40 persen personel yang bisa lolos untuk menjadi anggota Scout Ranger.
Setelah lulus menjalani semua pelatihan, para anggota Scout Ranger itu masih harus menghadapi ujian terakhir, yakni bertempur melawan para pemberontak di sejumlah wilayah Filipina dalam peperangan sungguhan.
Syarat kelulusan dalam peperangan lawan gerilya itu, setiap personel Scout Ranger harus bisa membunuh minimal satu orang pemberontak.
Tapi dalam peperangan itu tidak hanya para pemberontak yang terbunuh karena biasanya sekitar 5-10 persen anggota Scout Ranger junior juga terbunuh.
(Baca juga:Dahsyatnya Kemampuan Antiteror Pasukan TNI, Filipina Sampai Tergoda Untuk minta Bantuan)
Dalam menghadapi pasukan pemberontak di Marawi yang telah bekerja sama dengan militan ISIS, pasukan Scout Ranger ternyata menghadapi banyak kesulitan.
Oleh karena itu menjadi masuk akal jika Filipina meminta bantuan dari pasukan khusus TNI, karena para personel Scout Ranger pernah mendapat pelatihan dari Kopassus yang merupakan pakar peperangan antigerilya.