Find Us On Social Media :

Jauh-Jauh ke Sulawesi, Pasukan RPKAD Terpaksa Menerima Kenyataan Pahit Harus Bertempur Melawan Rekan Sendiri

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 11 November 2017 | 19:30 WIB

Pasukan RPKAD dalam pertempuran melawan Permesta

Intisari-Online.com - Akhir 1958, Letnan I Udara Penerbang Nurasid Wahyu, pilot Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia yang diperbantukan dalam peperangan (satuan Wing Garuda), mendapat tugas untuk mengangkut pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) dari Jakarta menuju Ambon.

Semua pasukan RPKAD selanjutnya akan didaratkan ke Sulawesi menggunakan kapal perang untuk menumpas Permesta.

Selain C-47 yang diterbangkan Letnan Nurasid, juga dikerahkan satu C-47 lainnya yang diterbangkan oleh Kapten Udara Penerbang Dick Suharsono yang juga Komandan Skuadron III.

(Baca juga: Pasukan SAS Inggris yang Terkenal Hebat Saja Akui Kopassus Lebih Hebat, Masa Kita Tidak?)

(Baca juga: Serangan Teror Dekat Gedung Parlemen Inggris, Serangan Teror Ala Pasukan Komando)

Kedua C-47 yang dikenal sebagai truk udara dan merupakan pesawat angkut militer favorit pasukan Sekutu pada PD II itu terisi penuh pasukan RPKAD serta bertolak dari pangkalan udara Morotai.

Pada PD II pangkalan udara ini merupakan pangkalan udara Jepang, yang selanjutnya direbut oleh pasukan Sekutu.

Sebelum berangkat, semua awak C-47 mendapat pengarahan terlebih dahulu mengenai ancaman yang akan dihadapi para penerbang.

Jika dalam penerbangan ternyata menghadapi ancaman dari pesawat-pesawat tempur AUREV kedua C-47 disarankan menghindar karena sebagai pesawat transport kedua C-47 tidak bersenjata.

Sedangkan jika menghadapi cuaca buruk, para penerbang dipersilakan menilai keadaan dan dalam kondidi darurat bisa mendarat di pangkalan udara terdekat.

Misi penerbangan kedua C-47 adalah membawa semua pasukan RPKAD dengan selamat dan bukan malah sebaliknya.