Find Us On Social Media :

Di Tana Toraja, HOK Tanzil Temukan Hal yang Membuatnya Rela Berpeluh, karena Hanya Ada Satu di Dunia

By Ade Sulaeman, Jumat, 20 Oktober 2017 | 17:30 WIB

(Baca juga: Kisah Perjalanan H.O.K Tanzil yang Semalaman Suntuk Tidak Bisa Tidur Pulas Saat di Liechtenstein)

Pukul 7.30 bis keluar Terminal menuju ke Utara. Jalan ramai sekali dengan kendaraan, manusia yang akan pergi ke tempat kerja dan anak-anak sekolah.

Sampai Maros (30 km) dan Pangkajene (51 km) lalulintas masih ramai. Setelah itu mulai berkurang.

Pukul 9.30-10.00 bus pertama kali berhenti di Barru (102 km) di depan sebuah rumah makan, untuk memberi kesempatan istirahat dan makan pagi.

Yang khas di rumah makan ini ialah ikan bandeng bakarnya yang sedap untuk sarapan.

Sepanjang perjalanan antara Ujung Pandang sampai Pare-Pare (155 km) tampak desa Bugis tidak putus-putusnya.

Rumah rakyat berbentuk khas yaitu berdiri dicagak-cagak kayu. Untuk masuk pintu orang perlu memanjat tangga di samping.

Terdapat 3 buah jendela menghadap depan.

Perbedaan rumah yang satu dengan yang lain hanya dalam warna dan kualitas bahan bangunan tersebut yang tergantung dari kemampuan pemiliknya.