Persiapan penerjunan pasukan yang sudah disiapkan secara matang itu ternyata masih menemui kendala. Dakota beregistrasi T-478 mengalami kerusakan radio sehingga gagal terbang.
Dua Dakota lainnya, T-480 dan T-440 yang tidak mengalami kendala kemudian melesat terbang menuju Kaimana.
Proses take off dua Dakota itu sendiri penuh perjuangan karena Lanud Laha masih dalam kondisi basah akibat hujan dan fasilitas penerangan landasan hanya memanfaatkan sejenis obor yang dipasang di kanan-kiri landasan.
Sementara untuk menambah penerangan dibantu sinar lampu mobil yang jumlahnya terbatas.
Awak Dakota T-480 terdiri dari kapten pilot Kapten Udara Hamsana, kopilot Letnan Udara I Alboin dan awak pendukung lainnya, Letnan Udara II Abdul Muluk, Serma Rusidi, serta Koptu Nana Sukarna.
Sementara awak Dakota T-440 adalah Kapten Udara Djalaludin Tantu (pilot), Letnan Udara II Sukandar (kopilot) dan empat awak pendukung yang terdiri dari Peltu Torrar, Pelda Yusuf, Serma Zamhur dan Serma Djasmo.
Misi penerjunan pada waktu dini hari itu berjalan lancar dalam artian semua pasukan dan logistik berhasil diturunkan ke sasaran dan pesawat pengangkut berhasil meninggalkan Dropping Zone dan terbang kembali ke Lanud Laha.
Selama dalam perjalanan pulang kedua Dakota yang terbang pada pukul 05.00 belum menemukan masalah. Untuk menghindari sergapan pesawat tempur Belanda,
Kapten Djalaludin sengaja menerbangkan pesawatnya pada ketinggian rendah di atas permukaan laut agar terhindar dari pantauan radar Belanda.
Cuaca pagi yang mulai terang membuat semua awak Dakota bisa melihat cakrawala secara visual dalam jarak yang jauh. Sehingga jika ada pesawat yang mendekat bisa terdeteksi dengan mata telanjang.
Tapi suasana penerbangan yang tenang itu ternyata tak berlangsung lama.
Kapten Pilot Djalaludin yang terbang sambil tetap memasang kewaspadaan sekilas menangkap sebuah titik hitam yang terbang di kejauhan.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR