Pelaku sudah tahu akibat dari main judi, main perempuan, bisa juga main lelaki, atau main-main dengan kendaraan berkecepatan tinggi.
Pelaku tetap melakukan, apa pun alasannya, bisa dibikin-bikin, bisa karena yakin.
Kalau kemudian berakhir tidak menyenangkan: kalau berjudi, selingkuh ketahuan, atau terjadi tabrakan, itu merupakan konsekuensi logis.
Kadang kita tercengang, atau berang, sedikitnya kurang senang, ketika seseorang yang kita kenal dengan baik dan terkesan baik dan benar, ternyata tak bisa menahan godaan.
Rasanya, ada yang terluka dengan rasa percaya, sebagaimana menemukan ulat di buah yang sedang dikunyah, atau ada kecoa berjalan di mulut kita.
Kesadaran batin kita terguncang, ada suatu gambaran indah yang terbuang, atau bahkan hilang.
Melihat kenyataan seperti ini. Saya hanya bisa menasihati diri.
Untuk tidak melakukan korupsi secara sadar, dan juga membentengi diri tidak membiarkan diri masuk dalam godaan kolektif secara tidak langsung tindakan koruptif.
Godaan kolektif sering sangat efektif. Berjudi, selingkuh atau ngebut menjadi atraktif kalau dilakukan bersama.
Makanya, berusahalah menahan diri. Sebisanya, semampunya.
Barangkali menasihati diri harus sering saya ulang, agar selalu ada dalam memori.
Soalnya, kadang kita berhubungan dengan rasa keadilan, dan terasa timpang. Misalnya, kehidupan para koruptor yang berada dalam penjara.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR