Pada stadium awal, nyaris tidak ada keluhan yang dirasakan oleh perempuan yang terserang HPV.
Hal itu membuat mereka enggan memeriksakan diri ke dokter atau puskesmas terdekat guna menjalani deteksi dini kanker serviks.
Lha wong sehat-sehat saja, kenapa harus sampai membuka celana dalam di depan dokter?
Ada juga yang merasa malu karena takut ketahuan pernah berhubungan seks. Maklum, “Mayoritas penularan HPV lewat hubungan badan. Sangat jarang orang yang belum pernah berhubungan seks terkena HPV,” terang dr. Fitriyadi.
Sikap seperti itu tentu saja salah besar. Sebab semua perempuan punya risiko terkena HPV. Bahkan remaja putri pun rentan terkena.
Jika tidak mau secara dini memeriksakan diri secara dini, itu artinya kita berjudi dengan masa depan.
(Baca juga: Saudara Kandungmu Adalah Orang Penting Dalam Hidupmu, Jangan Pernah Lupakan Itu)
Sebenarnya screening untuk mengetahui kita telah terpapar virus HPV atau tidak caranya sederhana, kok. Pertama adalah inspeksi vagina dengan asam asetat atau tes IVA.
Agar mudah diingat, kata Dr. Fitriyadi, sebagian dokter sering memplesetkannya sebagai Intip Vagina Aku (IVA).
Untuk pemeriksaan bisa dilakukan oleh bidan yang sudah mendapat pelatihan IVA.
Caranya dengan memoles mulut rahim menggunakan asam cuka dan dilihat apakah ada kelainan seperti area putih yang terlihat oleh mata pemeriksa.
Biayanya pun murah yakni di kisaran Rp5.000 Metode ini punya akurasi 80%.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR