Sejak 1987, pasukan yang dibentuk oleh Richard Marcinko itu berganti nama menjadi DEVGRU. Pasukan khusus terdiri atas 75 anggota yang diambil dari SEAL dan satuan peledak AL.
Ini merupakan upaya perbaikan setelah kegagalan Operasi Eagle Claw di masa Presiden Jimmy Carter, yang memerintahkan misi pembebasan 52 orang sandera di Kedubes AS di Teheran, Iran (1980).
Dalam operasinya, DEVGRU sering bekerja sama dengan unit-unit khusus dari angkatan lain seperti Delta Force milik Angkatan Darat. Padahal sebelum Tragedi 11 September, Delta Force dan DEVGRU bersaing.
“Kita akan menangkap UBL”
Sejak Tragedi 11 September, satuan-satuan tempur di luar negeri diintensifkan untuk memerangi terorisme. Kami tak hanya menggempur kekuatan-kekuatan Taliban di Afghanistan dan sebagian Pakistan, intelijen pun meningkatkan pelacakan terhadap Osama bin Laden.
Sampai tahun 2007, saya sudah menjalani lima misi di Timur Tengah dan Afrika Utara. Misi keenam adalah Provinsi Khost di Afghanistan yang berbatasan dengan Pakistan untuk memburu anggota Al Qaeda dan Taliban. Juga Osama.
Sebuah serangan pada tahun itu gagal, karena informasi intelijen yang katanya “100%” ternyata tidak tepat. Kami harus bekerja lebih keras.
Baca Juga : Sering Pura-pura Mati, Cucu Osama Bin Laden Berusia 12 Tahun Ini Tewas Akibat Serangan Udara
Memasuki tahun 2011, Tanduk Afrika bergolak. Mesir ganti pemerintahan, Libya dilanda revolusi. Di Asia, Suriah juga menjadi titik panas, sementara Afghanistan juga tak bisa dilepaskan. Irak pun tetap bergejolak, banyak kepentingan Amerika terancam.
Saya mestinya libur musim semi ketika sebuah panggilan dari Mabes AL di Virginia Beach membatalkannya. Di sebuah ruangan yang disebut Sensitive Compartmented Information Facility, atau SCIF (diucapkan “skif ”), saya bertemu beberapa teman lama seperti Walt, Charlie, dan Tom, instruktur saya di Green Team dulu.
Hampir 30 orang semuanya. Sedikit penjelasan dari pimpinan, kemudian diakhiri dengan perintah agar kami segera memulai latihan di sebuah tempat di Karolina Utara.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Aulia Dian Permata |
KOMENTAR