Advertorial

‘Pemberontakan Anak-anak' Pangkal Keruntuhan Hitler

Moh. Habib Asyhad
K. Tatik Wardayati
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Hitler kalah oleh anak-anak yang menyerangnya, tapi polisi tidak ingin menghukum anak-anak ini. Karena kejadian ini, Hitler hampir kalah dalam pertempuran.
Hitler kalah oleh anak-anak yang menyerangnya, tapi polisi tidak ingin menghukum anak-anak ini. Karena kejadian ini, Hitler hampir kalah dalam pertempuran.

Intisari-Online.com – Ahli-ahli sejarah dimasa-masa yang akan datang boleh mengatakan bahwa runtuhnya Hitler sudah dimulai semenjak “Pemberontakan anak-anak" berkecamuk di Yugoslavia. Demikian pendapat Dr. Rene Kraus dalam bukunya “Europe in Revolt", terbitan Mac Millan-New York tahun 1942.

Waktu itu Yugoslavia dipimpin oleh pengkhianat Stoyadinovic yang telah mentah-mentah menyerahkan negara dan bangsanya kepada Hitler. Dengan perkataan lain, pimpinan yang korup itu telah menjual bangsanya kepada Nazi Jerman.

Belum lagi puas, Stoyadinovic memaksa supaya rakyat Yugo ikut “bersukacita” atas hasil transaksi tersebut. Antara Iain dengan memerintahkan supaya semua ruang sekolah dihias dengan gambarnya sang Fuehrer.

Tindak-tanduk Stoyadinovic ternyata menimbulkan reaksi yang tidak pernah diduganya sama sekali. Anak-anak laki-Iaki dan perempuan Yugo, bangkit paling dulu dari paksaan Stoyadinovic. Gambar-gambar Hitler yang tadinya dipasang pada dinding ruangan sekolah-sekolah, dicabik-cabik sampai menjadi keping-kepingan.

Baca juga: Dikenal Sebagai Pilot Jagoan Nazi, Erich Hartmann Nekat Menghadap Hitler dan Melanggar Aturan yang Berisiko Ditembak Mati

Papan tulis ditulis dengan aneka kecaman terhadap pemerintah boneka. Tembok-tembok sekolah dicorat-corat dengan karikatur-karikatur Hitler dan Stoyadinovic; Perdana Menteri Stoyadinovic naik pitam. Semua sekolah diperintahkan tutup.

Namun anak-anak Yugo tidak mati kutu, malahan tertawa "secara tidak mengenal kasihan sebagaimana yang hanya dapat dilakukan oleh anak-anak". Mereka bukan saja menolak untak mentaati perintah siboneka Nazi, malahan meningkat aksinja menjadi "mogok duduk”.

Mereka mendnduki gedung-gedung sekolah dan mengadakan baricade. Stoyadinovic semakin kalap dan mengancam akan menghancurkan gedung-gedung sekolah itu. Untunglah Pangeran Wali Paul mencegah perbuatan biadab yang pengecut itu.

Bocah-bocah yang baru berumur 9 - 10 tahun itu pun tidak menjadi padam semangatnya. Mereka meninggalkan gedung-gedung sekolah dan turun ke jalan-jalan. Pamfiet-pamflet yang dituiisi dengan tangan, dibagi-bagikan kepada rakyat.

Baca juga: Kebiasaan Aneh Adolf Hitler dan Idi Amin: dari Suka Makan Anak Burung Merpati hingga Menyantap Larva Tawon

Isinya menyerukan supaya rakyat Yugo bangkit dan ikut menentang Nazi. Aksi heroik anak-anak yang masih bau popok itu berlangsung di jalan-jalan utama kota Belgrade, di tengah-tengah kesibukan hidup.

Gembong pengkhianat Stoyadinovic, juga tidak mau mundur. la langsung memimpin pasukan polisi untuk memadamkan “pemberontak-pemberontak cilik” itu. Namun anggota-anggota kepolisian Yugo menolak menggunakan pentung karet dan sangkur, terhadap musuh-musuh Stoyadinovic yang hanya bersenjatakan bola salju.

Dan sebagian besar anggota-anggota kepolisian, anak-anaknya pun turut serta dalam kesatuan bocah-bocah patriotik itu.

Anggota-anggota polisi itu mendengarkan nyanyian-nyanyian bocah-bocah heroik itu. Lama kelamaan, tanpa disadari mereka juga ikut bersimpati atas kumandang suara hati kaum “pemberontak cilik" itu.

Baca juga: Kisah Ho 229, Pesawat 'Siluman' Adolf Hitler yang Melampaui Zamannya tapi Berakhir Tragis

Akibat aksi bocah-bocah itu ternyata mempunyai pengaruh yang diluar dugaan Stoyadlnovic. Sesudah berlangsung beberapa hari, seluruh penduduk Yugo ikut mengangguk-anggukkan kepalanya.

Ini memang sudah sewajarnya, sebab bangsa Yugo sendiri tidak sudi dijadikan budak Nazi. Dan bocah-bocah '"pemberontak" itu hanya mengulamgi apa yang telah mereka dengar dirumah, dari orang-tuanya masing-masing.

Lagipula, anak-anak yang masih belum dinodai oleh godaan korupsi dll kebusukan duniawi, meaggaungkan kebersihan jiwanya.

Mereka tidak kena disuap, tidak diancam dan-berani mengutarakan pendapatnya secara terus terang.

Baca juga: Memburu Harta Karun Marsekal Rommel Sang Kaki Tangan Hitler

Kebangkitan bocah-bocah Yugo itu merangsang rakyat Jugo untuk segera bangun dari “tidurnja". Rakyat Yugo jadi sadar akan kewajibannya dan segera bertindak.

Aksi anak-anak yang baru berumur 9—10 tahun itu dan sanggup membangkitkan semangat perlawanan bangsa Yugo terhadap Nazi Jerman, oleh koresponden perang AS Robert St. John di namakan “Pemberontakan Popok".

Aksi yang semula dianggap remeh itu, ternyata berhasil menggulingkan pemerintahan pengkhianat Stoyadinovic. Menurut para peninjau, ini adalah hasil dari persekutuan perwira-perwira. Ada pula yang mengatakan, aksi itu berhasil berkat usaha Kolonel Donovan yang waktu itu berada di Belgrado sebagai wakil pribadi Presiden Roosevelt.

Katanya, Donovan berhasil membujuk Raja Peter supaya bertindak sesuai dengan kepentingan Sekutu.

Baca juga: Menurut Hitler, Walau Sudah Berusia 100 Tahun, Wanita Ini Adalah Wanita Eropa Paling Berbahaya, Siapakah Dia?

Siapapun latar belakangnya, yang pasti adalah murid-murid sekolah yang pertama-tama menentang Stoyadinovic dan telah menyeret seluruh penduduk Yugo ikut bangkit menentang Nazi. Demikian hemat Dr. Kraus.

Seperti setiap perjuangan lainnya, kebangkitan rakyat Yugo pun menuntut pengorbanan. Hitler bertindak. Pasukan “penghukum" dikirim. Rakjat Yugo tidak sanggupmenahan serbuan tentara Nazi dan dikalahkan.

Korban yang jatuh banyak sekali. Namun semangat perjuangan tetap hidup. Chetnik, pemimpin gerilya-gerilya Yugo meneruskan perjuangannya dibawah tanah.

Di Yugo, tentara Nazi memang berhasil menundukkan perlawanan rakyat. Tetapi ini harus ditebusnya dengan mahal, sebab pengiriman pasukan ke Yugo tidak termasuk dalam rencana Hitler. Rentjana Fuehrer menjadi kacau-balau, terutama dalam “timing” atau perencanaan waktu.

Baca juga: Misteri Kematian Martin Bormann, Sekretaris Hitler yang Jasadnya Diburu Bak Setan

Akibat memadamkan keributan di Yugo, Hitler kehilangan waktu beberapa minggu. Saat-saat itu justru amat dibutuhkannja untuk memulai serbuannja ke Uni Soviet.

Itulah sebabnya mengapa Nazi tidak berhasil merebut Moscow dalam bulan Oktober, sebagaimana direncanakannya.

Selesai memadamkan Yugo, musim dingin tiba. Akibatnya pasukan-pasukan Nazi menderita pukulan dahsyat dari serangan musim dingin, yang semestinya tidak perlu mereka derita apabila serangan tidak ditunda gara-gara bocah-bocah Yugo.

Menurut Dr. Kraus, inilah kekalahan Hitler paling besar yang pertama dialaminya. Kekalahan pertama yang membalikkan kemujurannya menjadi keruntuhan di masa-masa mendatang.

Memang, anak-anak sebagai spes patriae atau harapan bangsa seringkali memberikan arah yang tidak terduga kepada jalannya sejarah. (Diambil dari Intisari November 1968)

Baca juga: Setelah Mati, Tengkorak Hitler Diambil Pasukan Rusia Tapi Sengaja Disembunyikan Stalin, Ini Tujuannya

Artikel Terkait