Jumlah orang Inggris yang ikut olahraga panjat gunung dengan gaya bebas (tanpa bantuan alat-alat), panjang tebing, dan bouldering (melakukan manuver yang rumit dekat dengan tanah), kini menjadi 150.000 orang.
Menurut Jerome Smail, editor Majalah Xtreme, majalah bagi kelompok manusia "berjantung kuat”, fenomena ini cuma reaksi dari orang yang kehidupannya sudah amat nyaman. Terlalu nyaman barangkali.
"Hobi menantang maut ini merupakan jalan keluar dari kehidupan kerja rutin yang membosankan," ujarnya.
Baca juga: Gunakan Parasut Paralayang, Pasukan Khusus Korut Rencanakan Serangan Senyap ke Korsel
Gen penantang maut
Meskipun menghabiskan banyak uang, olahraga risiko tinggi ini menarik minat berbagai status sosial, mulai dari makelar sampai tukang bangunan.
Nick Jones (24), sopir truk dari Romford, Essex, contohnya.
"Saya tak pernah kapok, begitu juga rekan-rekan satu klub saya, yang profesinya karyawan kantor. Kami semua selalu tak sabar menanti datangnya akhir minggu," tuturnya berapi-api.
Hobi Jones ber-bungee-jumping di seluruh dunia, berkano di arus jeram, dan terjun bebas memang mahal.
Tetapi, kantungnya tidak terlalu kedodoran, berkat keanggotaannya di klub tersebut.
Biaya terbesar "paling-paling" sekitar Rp 5,2 juta, ketika ia ke Monaco untuk kursus mengendarai mobil balap Formula 1.
Diakuinya, meski saat pertama kali mencoba ia merasakan ketakutan yang bukan main, setelah mencoba bungee-jumping untuk keempat kalinya, ia sudah kehilangan rasa takut itu, sehingga hilang pula kenikmatannya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR