Intisari-Online.com – Sayang, tanggal 4 Agustus 1992 tidak jatuh pada malam Minggu. Seandainya jatuh pada waktu itu, kita pasti teringat peristiwa tepat 30 tahun yang lalu, saat bintang legendaris Marilyn Monroe ditemukan tewas di apartemennya di Los Angeles.
Mayat sang dewi tergeletak tanpa busana ditempat tidur dalam posisi tangan menggapai telepon, dikelilingi tumpukan 15 botol obat tidur Nembutal.
Laporan autopsi berikut penyelidikan polisi mengungkapkan bahwa kematiannya akibat bunuh diri dengan menelan obat tidur berlebihan.
Kematiannya sungguh tragis. Dia, si jelita yang dipuja-puja orang, mati bunuh diri dalam kesendirian di usia 36 tahun. Tampaknya hidupnya memang tak semanis wajahnya.
Lahir dengan nama Norma Jean Mortenson dari orang tua yang tak pernah menikah secara sah, ia sudah berpindah-pindah tempat tinggal di lebih dari selusin orang tua angkat dan rumah piatu pada saat usianya baru 15 tahun.
Hidupnya yang miskin kasih sayang terefleksi dari dengan ulahnya yang selalu ingin diperhatikan. Maka waktu mulai tenar sebagai bintang film di tahun '50-an, suka sekali ia datang terlambat ke studio sehingga semua orang menanti-nantikannya.
Tiga kali perkawinannya yang gagal juga merupakan bukti dari pencarian jati dirinya yang haus perhatian.
Asmara bukannya tak cukup dalam hidupnya. Berjuta-juta pria yang tak mengenalnya pun ingin memilikinya. Tapi, bukan itu yang dicarinya.
Sekali lagi, yang ia butuhkan adalah kasih sayang yang sedari kecil tak pernah menyapanya. Jadi, tak heran bila ia berpikiran pendek, menelan obat tidur berlebihan di usia 36.
Rasa takut disingkirkan, lebih-lebih akibat kandasnya impian diperistri Robert Kennedy, jaksa agung AS, seorang penganut Katolik berputra tujuh, makin menambah beraf beban pikirannya.
Maka tanggal 5 Agustus 1962, saat Peter Lawford, ipar Kennedy, muncul dengan wajah kusut di rumah Fred Otash, detektif swasta, pagi-pagi sekali, tahulah dunia kalau wanita yang menggetarkan hati jutaan pria di dunia ini telah mengakhiri hidupnya.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR