Intisari-Online.com - Baru saja berniat memulai pola makan yang sehat? Ada baiknya kita harus harus berhati-hati, sebab otak ternyata kerapberasumsi bahwa makanan yang sehat itu harus mahal.
Dalam jurnal Journal of Consumer Researchpara peneliti mengungkapkan bahwa kesalahan ini tidak hanya membuat Anda menghabiskan lebih banyak uang, tetapi juga membuat keputusan kesehatan yang salah.
(Baca juga:Panduan Makan Sehat Tak Berubah Selama 20 Tahun, Inilah yang Mestinya Diperbaharui)
Salah satu penulis studi tersebut, Kelly Haws, yang juga seorang profesor marketing di Vanderbilt University, mengatakan, kita sering kali bertanya kepada konsumer mengenai cara mereka memproses informasi dalam memilih makanan.
“Ternyata, kalau pun kita memberi mereka banyak informasi, mereka tidak memprosesnya sama sekali,” kata Haws, seperti yang dilansir dari washingtonpost.com.
Fenomena ini disebut dengan heuristics, di mana otak kita mengambil jalan pintas untuk menyederhanakan proses pembuatan keputusan.
Jadi, bukannya melihat kalori, bahan, label, dan lokasi pembuatannya; otak justru langsung beranggapan bahwa kalau mahal, makanan itu sehat.
Untuk menguji kekuatan heuristics, Haws dan timnya melakukan lima eksperimen yang melibatkan ribuan anak kuliah.
Mereka meminta partisipan untuk menilai dua pilihan makanan, memilih makanan yang hanya berlabel harga, dan membandingkan nutrisi pada dua makanan dengan harga yang berbeda.
(Baca juga:Memasak dan Belajar Pola Makan Sehat Dengan si Kecil Bersama Nestlé di International Chefs Day 2016)
Ternyata, para partisipan secara konsisten menilai bahwa makanan yang lebih mahal adalah yang lebih sehat di antara kedua pilihan tersebut.
Haws pun mengakui bahwa mengubah cara otak kita bekerja sangat sulit. Namun, dia menekankan bahwa mahal tidak selalu sehat.
Untuk melindungi diri Anda dari asumsi ini, Haws menyarankan untuk selalu membawa daftar belanjaan ketika ke supermarket dan memperhatikan setiap makanan yang Anda lewati ketika mendorong kereta belanjaan.