Saddam pikir ia akan mudah menyiasati kendala ini, dengan membuat paspor baru, SIM dan lainnya.
Akan tetapi lamaran pekerjaannya masih belum berjalan lancar, karena ia belum bisa memberikan bukti, dengan nama barunya (menjadi Sajid Hussain), bahwa ia pergi ke sekolah, karena ijazahnya masih bernama Saddam, dan untuk mengubahnya pun akan memakan waktu yang tidak sebentar.
(Di Lima Negara Ini, Pemimpin Diktator Masih Berjaya)
Pada 5 Mei nanti, Sajid akan datang ke pengadilan untuk mengubah nama di ijazah Sekolah Menengah Pertamanya, yang nantinya akan terus meningkat sampai ijazah kuliahnya.
Sajid bukan satu-satunya yang terkena dampak karena memiliki nama yang sama dengan Presiden ke 5 Irak tersebut, di kutip dari bbc.com, banyak yang menyesal karena memilik nama yang sama seperti Saddam Hussein.
Salah satunya adalah Saddam, seorang jurnalis di Ramadi, Irak, berkata bahwa ayahnya di pecat dari pekerjaan pemerintahan, karena ayahnya tidak bisa meyakinkan atasannya bahwa ia bukanlah anggota dari Ba’ath Party (Partai pimpinan Saddam Hussein).
Argumen atasan ayahnya, dengan menamakan anaknya Saddam, maka itu seperti menujukkan kesetian kepada presiden yang telah digulingkan itu.
Saddam lainnya dari Irak memiliki pengalaman yang lebih mencekam, ia ditangkap oleh milisi syiah, lalu disuruh berlutut, dan laras senjata ditodongkan dibelakang kepalanya.
Entah bagaimana, senjata yang ditodongkan kepadanya macet, dan pada akhirnya milisi tersebut membebaskannya.
Shakespeare pernah berkata, “apalah arti sebuah nama,” namun, untuk menghindari situasi seperti yang terjadi diatas, alangkah baiknya kita memikirkan matang-matang ketika memberikan nama kepada anak kita, agar kelak ia tidak kesulitan untuk menjalani hidupnya.
Penulis | : | Andrew Bari Dianto |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR