Pria berjaket kuning
Misteri terus menyelimuti pembunuhan demi pembunuhan. Sheriff Howenstein diminta untuk turun, karena tak berhasil menguak misteri pembunuhan beruntun ini. Namun, sebuah peristiwa di hutan Santa Crusz terjadi pada tanggal 30 Maret 1981.
Ellen dan tunangannya Steve pergi ke Santa Crusz untuk berlibur. Mereka berangkat tanggal 29 dan bermalam di sana. Pada tanggal 30 Maret 1981, pasangan itu berjalan-jalan sambil membuka peta. Akhirnya, mereka memutuskan untuk mendaki Mount Tamalpais. Ellen yang suka hiking merasa jalur yang mereka pilih tidak terlalu berat. Tujuan mereka adalah sebuah tempat agak tinggi yang disebut Cathedral Grove, yang banyak ditumbuhi pohon tinggi dengan bentuk berkeliling seperti gereja gaya gotik.
Perjalanan dari bawah ke Cathedral Grove memakan waktu 2 jam. Pasangan itu tengah menikmati pemandangan unik dari pepohonan ketika kilatan emas menyilaukan mereka. Ternyata seorang pendaki tampak turun dari atas menuju tempat mereka. Karena jaket orang itu berwarna kuning emas, sinar matahari memantulkan warna kuning emasnya.
Pria itu makin dekat, sementara pasangan ini sudah berniat turun untuk pulang. Mereka berpapasan. Tiba-tiba pria tadi meraih jaketnya, dan sesuatu terjadi begitu cepat. "Saya ingin kalian berdua ikut ke semak-semak," katanya mengancam.
Tanpa bisa berbuat apa-apa keduanya mengikuti kemauan pria itu. Steve mencoba membuka pembicaraan dengan mengatakan mereka tak membawa uang banyak. "S-sssaya tidak perlu uang atau barang! Saya perlu yang lain! Kamu pasti sudah tahu keinginan saya!" katanya lagi.
Ellen panik. "Steve, jangan percaya kata-katanya! la pasti akan membunuh kita!" Namun, Steve mencoba mengulur waktu dan mencoba mengingat-ingat wajahnya. Matanya besar, alisnya melengkung, kulitnya putih, rambutnya hitam, agak berombak di belakang. Lubang hidungnya lebar. Bicaranya pendek-pendek dan agak gagap.
Steve disuruh membelakangi dirinya. Begitu Steve berbalik, ia mendengar dua tembakan dilepaskan. Setelah itu ia merasa terpukul sesuatu di lehernya. Semuanya pun gelap! Samar-samar ia masih mendengar langkah-langkah menjauh.
Steve perlahan-lahan mencoba bangun dan mencari suara langkah itu. Di kejauhan, pria berjaket kuning emas berjalan turun. Steve merasa kepalanya sakit, tapi ia ingat Ellen. Ellen menelungkup di sebelahnya. Ketika ia berusaha membangunkannya, darah mengalir dari kepalanya. "Ah, Ellen!" keluh Steve terpukul.
Rasa sakit dan panik, takut si pembunuh kembali lagi, membuat Steve menyeret tubuhnya untuk bangun. la mencoba mencari jalan turun. Di tengah jalan ia berpapasan dengan dua orang pendaki, Lee Fritz, dan anaknya, Ken. "Tolong, tolong, saya diserang orang. Ellen, kekasih saya ditembak!" katanya. la tak sadar darah mengalir dari lehernya. "Hati-hati, si pembunuh masih di sekitar sini!"
Lee dan anaknya turun mencari bantuan. Steve yang ditinggal sendirian berusaha turun lagi. Ia bertemu dengan tiga pendaki lainnya, Rearden, Morse, dan Maureen Thorpe. Steve langsung ditolong dibaringkan di atas meja perkemahan. Maureen Thorpe, salah seorang pendaki, untungnya seorang perawat.
Sementara Steve berbaring ditunggui Maureen, Rearden mencari bantuan untuk mengangkut Steve, sementara Morse naik ke atas untuk mengecek kondisi Ellen.
Ketika Morse sedang menuju tempat Ellen, seorang pria berjaket kuning mendekati tempat Steve berbaring. "Lady, lekas lari, pria itu yang menembak saya," kata Steve sambil mencoba bangun dan menyelamatkan diri.
Maureen lari dan berhasil menyusul Morse. Sementara Steve turun ke bawah di mana banyak orang berkumpul untuk mulai mendaki. Jeritan kaget terdengar ketika mereka melihatnya bersimbah darah. Steve dibawa ke rumah sakit dengan mobil sepasang suami-istri. Lee Fritz dan anaknya yang menstop mobil yang lewat. Ketika Lee hendak pulang, sebuah mobil van warna merah hampir melanggarnya. Pengemudinya pria berjaket kuning.
Lee Fritz curiga, "Mungkin dialah si pembunuh!" la pun memberi tahu polisi lewat telepon di lapangan parkir para pendaki. Banyak saksi yang kemudian memberikan masukan ke polisi. Steve memberikan gambaran detail tentang si penyerang. Begitu juga Lee Fritz dan anaknya, Morse dan Maureen Thorpe.
Polisi menyebarluaskan sketsanya sampai masuk telepon yang mengatakan, "Saya Roberta. Pria di sketsa ini adalah David Carpenter! la pernah hendak memperkosa anak saya! Dialah pria yang masuk penjara pada tahun 1960 di San Francisco karena melakukan penganiayaan.”
David Joseph Carpenter, memang bekas narapidana yang dipenjara tahun 1960 dan dibebaskan pada tahun 1969. La masuk penjara karena melakukan penganiayaan dan perkosaan terhadap Lois DeAndrade (32). Nona DeAndrade menderita memar di kepala karena dipukul kepalanya dengan palu.
Dari catatan pembebasannya diketahui adanya catatan tambahan saat ia menjalani masa percobaan menuju pembebasan: ia tak boleh berada dekat-dekat dengan wanita. Atas dasar konsultasi psikologi selama di tahanan, Carpenter mengaku, ia mempunyai keinginan besar dalam melakukan hubungan badan.
Namun, ia juga membenci wanita. Karena menurut dirinya, wanita itu sama dengan ibunya yang amat mendominasi dirinya! David Joseph Carpenter lalu ditangkap ketika sedang menuju tempat kerjanya. la mengenakan jaket kuning emasnya. Sementara barang bukti lainnya ditemukan di rumahnya, yang juga tempat tinggal kedua orangtuanya di Sussex Street 32. Dari penelusuran alibi, diketahui ia memang berada di sekitar tempat-tempat terjadinya pembunuhan.
Selain itu, pada saat Edda Kane ditembak, tetangganya melapor, bahwa senjata kaliber .44-nya hilang. Sementara senjata kaliber .22 dan .38 ditemukan di mobil van merahnya yang hampir menabrak Lee Fritz! "Jangan s-ssakiti saya! S-ssaya warga yang baik!" katanya tergagap. (Robert Graysmith)
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR