Tepat pukul 16.50 WIB, Antasari keluar Istana Merdeka. Dia menghampiri wartawan dan seakan bersiap mengumumkan sesuatu. Namun, bukan soal pertemuannya dengan Jokowi yang ingin dia sampaikan.
“Sejak tadi malam saya sudah menghadapi rekan-rekan anda (wartawan), jadi saya batuk. Jadi sekarang ini ssstt saja,” ujar Antasari yang kemudian melenggang ke arah mobil.
Kata-kata “ssstt” sontak membuat wartawan mengerumuninya. Mereka memberondong dengan sejumlah pertanyaan. Namun, Antasari memilih untuk menjawab sekenanya saja. Misal, saat wartawan menanyakan apakah ia berharap Polisi membuka kembali perkara yang melibatkan dirinya. Jawaban Antasari, “Mau tau saja.”
Saat wartawan bertanya apakah Antasari tidak diperkenankan berbicara di depan media oleh Presiden Jokowi, ia juga menjawab seadanya. “Enggak boleh (ngomong) gimana? Ini saya ngomong,” ujarnya.
Pertemuan dengan polisi
Alih-alih soal pertemuannya dengan Presiden, Antasai lebih memilih berkomentar soal rencana Polda Metro Jaya menindaklanjuti dua laporannya yang sempat dia layangkan, 2011 silam.
“Silakan saja. Itu kan memang kewenangan mereka. Ya jangan kejar saya, kejar mereka (polisi),” ujar Antasari. “Saya kan sudah melaporkan tuh, soal SMS dan peluru, tolong diselesaikan saja.”
(Bebas Bersyarat, Antasari: Saya Jalani Hukum Negara, Mereka akan Jalani Hukum Akhirat)
Bahkan, selain soal SMS dan peluru, banyak kejanggalan yang terjadi dalam proses perkaranya dan mesti diusut tuntas. “Salah satunya baju korban itu ke mana? Cari dong,” perintahnya.
Penuntasan perkaranya, akan menguak siapa sebenarnya dalang pembunuhan Nasrudin Zulkarnain. Kepala Polda Metro Jaya Irjen (Pol) M. Iriawan mengatakan, pihaknya menindaklanjuti laporan Antasari itu. Namun, Iriawan akan membuka-buka kembali berkas perkara Antasari terlebih dahulu.
Apakah berkas-berkas pertaranya itu dibahas dengan Presiden. Seperti dilaporkan Kompas.com, sekitar pukul 15.20 WIB, lima menit setelah Antasari masuk ke ruang tunggu, lima orang paruh baya berjalan keluar Istana Presiden. Ada yang mengenakan kemeja putih biasa, ada pula yang mengenakan seragam Polri.
Mereka diketahui merupakan para mantan penyidik Polda Metro Jaya yang menjebloskan Antasari ke penjara. Satu orang di antaranya yang mengenakan kemeja putih bercelana krem tampak membawa dokumen berjilid tebal. Hampir sejengkal tebalnya.
Buku bersampul merah dengan foto Antasari Azhar itu diapit di antara lengan dan pinggangnya. Di atas foto Antasari itu tercetak lambang Polda Metro Jaya. Dari rupanya, dokumen itu nampak seperti berkas perkara. Kelimanya sempat berfoto dengan latar belakang Istana, lalu berjalan keluar Istana melalui pintu dekat Kementerian Sekretariat Negara.
Tidak beberapa lama kemudian, Kapolda Metro Jaya Irjen (Pol) M. Iriawan menyusul keluar Istana. Ia mengaku, usai dipanggil Presiden. Namun, ia membantah pertemuannya dengan Presiden membahas seputar perkara Antasari yang belum tuntas.
“Oh enggak ada, pas (mereka) nganter saja. Enggak ada kaitannya,” ujar dia sembari menutup pintu mobil.
Iriawan pun keluar dari Istana. Iriawan merupakan mantan Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya pada 2009 silam. Saat itu, Iriawanlah yang menyidik perkara Antasari. Fakta mantan penyidik Antasari yang membawa berkas perkara Antasari ke Istana juga menjadi teka-teki.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR