Intisari-Online.com – Demonstrasi massa dengan isu politik tak harus berakhir dengan kekerasan dan aksi anarkistis. Kondisi inilah yang saya alami di Bangkok, Thailand, saat massa sedang menuntut mundur Perdana Menteri Yinluck.
“Hati-hati ya!” Begitu pesan yang selalu disampaikan sahabat, teman, saudara yang mengetahui situasi terakhir di Bangkok. Seperti dimuat di media massa, saat ini di Bangkok memang tengah “panas” oleh demonstrasi massa dari People’s Democratic Reform Committee (PDRC) yang menentang Perdana Menteri Yinluck.
Massa yang menamakan diri golongan Kaus Kuning itu menuntut pemerintahan dibersihkan dari klan mantan Perdana Menteri Shinawatra yang dinilai korup, sebelum pemilu kembali diadakan.
Siapa sih yang nyaman mendengar kata gerakan demonstrasi, mob, riot, aksi protes besar-besaran, atau apa pun itu istilahnya? Apalagi jika terkait isu politis, image-nya pasti mengacu pada tindak kekerasan.
Namun kenyataannya, bagi masyarakat sipil berkewarganegaraan asing seperti saya, semua baik-baik saja. Selama tidak mendekati titik-titik lokasi demo, boleh dibilang kehidupan 98% berjalan normal.
Baca juga: Tirani Lahir dari Demokrasi, Apakah Prediksi Mengerikan Plato akan Terjadi?
Sisa 2%-nya adalah polusi suara dari pusat aksi, adaptasi rute bepergian, atau saat sekolah anak diliburkan untuk alasan keamanan. Setidaknya hingga saat saya menulis artikel ini.
Menariknya, di sisi lain, saya menyaksikan fenomena budaya demo yang berbeda dengan yang selama ini saya ketahui. Sangat beradab, teratur, dan meriah.
Demo? Ah, mana demo?
Kira-kira begitulah ungkapan untuk menyatakan betapa kecilnya efek pergolakan politik ini terhadap kehidupan sehari-hari. Padahal saya tinggal kurang dari 1 km dari Perempatan Asok yang sering kali dijadikan pusat berkumpul para demonstran.
Sebagai kota besar dengan alternatif moda transportasi dan rute yang banyak, masyarakat Bangkok pun seolah terbiasa dengan pergolakan politik semacam ini (walaupun tahun ini memang tergolong besar).
Walhasil, mereka yang tidak berdemo akan normal saja aktivitas sehari-harinya. Mal, sekolah, kantor, lokasi wisata, fasilitas umum buka seperti biasa dengan penyesuaian jam buka bila diperlukan.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR