Advertorial
Intisari-Online.com- Bentuk pemerintahan negara ideal yang diidam-idamkan semua individu sudah jelas.
Itu adalah bentuk di mana seseorang dapat mengekspresikan kemauannya dengan bebas selama tidak mengganggu hak orang lain.
Namun bukankah hal itu mengandung kontradiksi yang nyata?
Senyata pemerintahan tiran yang justru lahir dari kebebasan demokrasi.
Baca Juga:Arkeolog Mengklaim Telah Menemukan Kuburan Filsuf Terkenal Aristoteles
Baca Juga:Wow, Siapa Sangka Permata Mungil Yunani Kuno Ini Menyimpan Kisah Perang Dahsyat
Dilansir dari Ancient Origins.net, Plato pernah meramalkan bahwa semua pemerintahan demokratis pasti akan menimbulkan kekacauan dan anarki.
Plato menyimpulkan bahwa satu-satunya hasil logis dari demokrasi adalah tirani.
Perjalanan Pemerintahan Negara
Plato dalam bukunya Republicmengawali dengan bentuk negara timokrasi.
Sistem timokrasi menekankan kehormatan dan kekuatan militer seperti yang digunakan orang-orang Spartan selama berabad-abad.
Berikurnya adalah oligarki, di mana para pemimpin bertujuan memperoleh kekayaan sebanyak mungkin.
Pemerintahan oligarki menimbulkan kesenjangan orang kaya yang yang miskin dan tak terelakkan akan menyebabkan ketidakpercayaan, ketegangan, dan pemberontakan.
Orang miskin akan sangat membenci orang kaya sehingga revolusi akan membersihkan sistem oligarki dan menggantinya dengan demokrasi.
Demokrasi memegang prinsip kebebasan yang mengarah pada keragaman yang berlimpah.
Baca Juga:Seorang Dokter Tewas Setelah Ditikam oleh Suami Pasiennya Sendiri, Diduga Inilah Penyebabnya
Bila setiap orang berhak meengontrol hidupnya sendiri, pastilah mereka akan mulai berpikir dan bertindak secara mandiri.
Pada awalnya, demokrasi mungkin saja menjadi negara yang ideal.
Bahkan guru Plato, Socrates, dalam Republic mengungkapkan indahnya demokrasi:
"Ini, tampaknya merupakan negara yang paling adil, seperti jubah bordir yang dilipat dengan segala jenis bunga."
Namun tak berhenti disitu, Socrates melanjutkan bahwa dengan kita diberi kebebasan dalam demokrasi, kita akan mabuk karenanya.
Kita menjadi sangat prihatin dengan kebebasan kita dan berusaha mundur untuk membatasinya.
Sejak awal, para pemimpin demokratis akan berusaha tetap populer dengan warga biasa.
Mereka akan merebut hati rakyat dengan selalu membela rakyat, namun ketika semua tokoh melakukan hal sama, makan hal itu akan nampak biasa dan tak lagi populer.
Maka rencananya akan diubah dengan menegakkan peraturan dengan tegas dan kaku.
Pemimpin akan membebani warga negara secara berlebihan, sehingga mereka harus terus-menerus menjaga harta benda milik mereka.
Selanjutnya pemimpin akan terlibat dalam perang asing, menciptakan musuh dari tetangga.
Setiap warga yang mengkritik ini akan diberi label sebagai simpatisan musuh yang tidak patriotik.
Dan dalam langkah ini pemimpinnya benar-benar seorang tiran, dia mengabaikan kebutuhan rakyat untuk mempertahankan posisinya.
Begitulah ramalan Plato bagaimana demokrasi melahirkan tirani, bagaimana kebebasan kita hanya membawa ke perbudakan.
Baca Juga:Demi bertahan Hidup, Bus Malam Lebih Mewah Dari Pesawat, Kemewahan Kabinnya Bikin Takjub!