Setelah Bung Karno dipilih menjadi presiden, Pak Arif diangkat sebagai sopir pribadi, sampai 20 tahun lamanya. Akhirnya setelah pensiun Bung Karno memberi hadiah Arif ongkos naik haji. Bung Karno dikenal selalu tampil rapi dalam berpakaian, oleh karena itu mau tak mau semua menteri, staf, dan pengawalnya harus berpenampilan rapi juga. Sudah biasa, beliau sendiri yang memperbaiki letak dasi atau kerah kemeja pengawal atau wartawan yang bertugas di istana.
Meski demikian, jika ada pakaiannya yang robek, Bung Karno minta dijahit lagi, tidak disisihkan. Orang tidak tahu, terkadang Bung Karno memakai pakaian yang sudah pernah robek. Apalagi jika pakaian itu sangat disukainya, maka tidak peduli sudah dijahit berapa kali pun tetap dipakai. Demikian juga sandalnya. Kalau putus ya dijahit kembali, tidak perlu beli yang baru.
Pagi itu ketika Bung Karno selesai jogging di luar istana, Mentranskop Achadi yang diundang untuk sarapan bersama Menpen Achmadi, melihat celana panjang komprang yang dipakai Bung Karno bagian belakangnya robek karena benangnya lepas. Achadi yang dikenal “berani” pada Bung Karno, lalu memberitahukan tentang sobeknya celana tersebut. “Wah, untung kamu yang melihatnya Di. Kalau yang melihatnya artis film, bisa berabe, “ kata Bung Karno sambil tertawa lepas. Suasana sarapan pagi itu jadi meriah.
(Djati Surendro/Intisari)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR