Karena sebelumnya tidak pernah dikenal, sinar ini lalu dinamai saja sinar X. Untuk menghargai jasa Rontgen, sinar itu disebut juga sinar rontgen.
Nyala hijau yang terlihat oleh Rontgen ternyata gelombang cahaya yang dipancarkan oleh dinding kaca tabung sewaktu elektron menabrak dinding itu.
Pada saat bersamaan, elektron itu merangsang atom pada kaca untuk mengeluarkan gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya sangat pendek, dalam bentuk sinar X.
Sejak saat itu, para ahli fisika mengetahui bahwa sinar X dapat dihasilkan bila elektron dengan kecepatan yang sangat tinggi menabrak atom.
Baca juga: Sinar Rontgen: Ditemukan Dalam Waktu Singkat Namun Sudah Tersebar, Diakui, dan Digunakan Secara Luas
Tergiur oleh penemuannya yang tidak sengaja itu, Rontgen lebih intensif lagi memberi perhatian pada penyelidikan sinar X.
Dalam mempelajari sinar yang baru ditemukannya itu, Rontgen mendapati bahwa jika bahan yang tidak tembus cahaya ditempatkan di antara tabung dan layar pendar, maka intensitas perpendaran pada layar itu berkurang, namun tidak hilang sama sekali.
Hal ini menunjukkan, sinar itu dapat menerobos bahan yang tidak tembus oleh cahaya biasa. Di samping itu, Rontgen juga bisa melihat bayangan tulang tangannya pada layar yang berpendar dengan cara menempatkan tangannya di antara tabung sinar katoda dan layar.
Percobaan lainnya yang dilakukan oleh Rontgen adalah dengan meminta istrinya sendiri menjadi objek percobaan.
Dengan memasang film fotografi dan menempatkan tangan istrinya di antara kaset dan tabung sinar katoda, pada film akhirnya tercetak ruas-ruas tulang telapak tangan Ny. Rontgen yang memakai cincin.
Baca juga: Kerap Minum Air 2,5 Galon Setiap Hari, Atlet Ini Mengaku Kebal Sinar Matahari
Pada waktu itu belum banyak orang yang menaruh harapan terhadap aplikasi praktis sinar X dalam bidang kedokteran. Seiring berjalannya waktu, temuan Rontgen tidak main-main bagi kesejahteraan umat manusia.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR