Advertorial
Intisari-Online.com – Di dalam sejarah ilmu pengetahuan, barangkali hanya penemuan sinar rontgen inilah yang dalam waktu relatif singkat namun sudah tersebar, diakui, dan digunakan secara luas.
Hanya beberapa minggu setelah penemuannya, pengambilan gambar dengan sinar ini telah dilakukan di berbagai tempat.
Pemeriksaan paru-paru, ginjal, dan rongga perut dengan bantuan sinar rontgen sudah dilakukan di berbagai penjuru dunia, tidak lebih dari satu tahun setelah penemuannya.
Gambar foto hasil pemeriksaan tersebut sudah dapat membantu pengenalan penyakit TBC secara dini beserta penilaian proses penyembuhannya.
(Baca juga:Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)
Begitu pula dengan kasus patah tulang, yang dapat diketahui tanpa harus membelah daging yang membungkusnya.
Sepuluh tahun berikutnya mulai dikembangkan pemakaian zat kontras. Sampai sekarang kita masih mengenal zat kontras ini, yaitu zat yang berwama putih yang dibuat adonan seperti susu dan diminumkan pada pasien sebelum di rontgen.
Tujuannya, agar gambar foto yang dihasilkan tampak lebih jelas.
Pada tahun 1927, zat kontras ini malah berhasil digunakan untuk pengambilan gambar foto pembuluh otak pada orang yang masih hidup.
Cara ini pun sampai sekarang masih tetap digunakan, khususnya untuk diagnosis tukak dan tumor pada lambung usus 12 jari dan ginjal.
Berkembangnya teknik pengolahan data dan komputerisasi setelah itu ternyata membawa dampak positif bagi perkembangan diagnosis dengan sinar rontgen.
Perkembangan besar-besaran terjadi pada 1972 dengan hadirnya computer-tomograph (CT, scan). Alat ini terdiri atas tiga bagian, tabung penghasil sinar rontgen, sistem detektor, dan komputer.
Alat ini sangat canggih, karena dapat menampilkan secara langsung gambar bagian tubuh yang dirontgen pada layar monitor komputer.
Kalau 20 tahun lalu diperlukan beberapa menit untuk menampilkan gambar tersebut, tetapi kini hanya butuh waktu tidak sampai satu detik.
Gambar yang dihasilkannya pun tidak lagi dua dimensi, melainkan tiga dimensi.
Kehadiran CT scan sangat membantu diagnosis suatu penyakit, bahkan terhadap penyakit yang sangat sulit seperti penyakit tumor pada otak, tulang, sendi, hati, dan ginjal.
(Baca juga:Sinar Rontgen, Bisa Menembus Dada tapi Sangat Berguna untuk Dunia Kedokteran)
Selain untuk diagnosis penyakit, sinar rontgen dimanfaatkan pula untuk terapi.
Bahkan sejak tahun 1903 sudah diberitakan, sinar ini bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
Namun dilaporkan pula akibat-akibat negatifnya, seperti kulit menjadi merah, terbakar, rambut rontok sampai terjadinya mutasi gen pembawa sifat. (Drs. M. Yuwono, Apt.. MS. dan dr. Bastiana)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Januari 1996)