Advertorial

Kisah Para Tentara Bayaran di Irak: Gajinya Gede Tapi Jadi Sasaran Favorit Pembom Bunuh Diri

Agustinus Winardi
Agustinus Winardi
,
Yoyok Prima Maulana

Tim Redaksi

intisari-online.com

Intisari-online.com - Ada konflik berarti panen duit. Itulah yang dialami oleh ribuan tentara bayaran yang datang ke kawasan paling panas di dunia saat ini, medan perang Irak, Afghanistan, dan Suriah.

Khusus di Irak, Jauh sebelum AS menyerang negara kaya minyak ini, persiapan untuk melakukan penyerbuan besar-besaran itu tak hanya bertumpu pada arsenal tempur saja.

Tapi juga apa yang harus dilakukan setelah Irak berhasil dikuasai.

Menguasai negara lewat perang besar pasti menyisakan infrastruktur yang porak-poranda dan butuh waktu lama untuk merenovasinya.

Guna mengatasi kerusakan pasca perang dan membangun lagi semua fasilitas vital di Irak yang sangat berguna bagi kepentingan AS, negara adidaya itu ternyata telah siap.

BACA JUGA:Blackwater Security Consulting: Industri Penyedia Tentara Bayaran Paling Mengerikan yang Siap Betaruh Nyawa di Seluruh Dunia

Sarana yang akan dibangun lagi dengan cara-cara AS itu antara lain, bandara, sumur minyak, industri, sistem keamanan, sistem hukum, sistem politik dan lainnya.

Sebelum meluncurkan peluru pertama untuk menggebuk Irak, pemerintah AS ternyata sudah menggandeng sejumlah lembaga yang akan berperan pasca perang.

Lembaga yang dirangkul mencakup perusahaan yang bergerak di bidang perbaikan kilang-kilang minyak, rekonstruksi sistem jalan raya, jembatan, sekolah-sekolah, rumah sakit, dan lainnya.

Tiga perusahaan yang juga menyediakan jasa keamanan yang dipercaya oleh pemerintah AS untuk dikirim ke Irak adalah Halliburton, Blackwater dan DynCorp.

Dari segi pendapatan ketiganya mendapat penghasilan yang sangat besar.

BACA JUGA:Halliburton, Industri Tentara Bayaran Termakmur di Dunia karena Paling Dimanja Amerika tapi Juga Paling Banyak Kehilangan Nyawa

Nilai kontrak Halliburton dalam setahun bisa mencapai 12,5 milliar dollar AS dan sejumlah tugasnya adalah memadamkan sumur minyak, rekonstruksi, kilang minyak serta mendukung angkatan bersenjata AS yang sedang bertugas di Irak dan Kuwait.

DynCorp yang mengirimkan lebih 1.000 personel untuk menangani masalah keamanan, teknologi komputer, penasihat militer Irak, dan mendukung proses perdamaian di Irak mendapat bayaran 226,865 milliar dollar setahun.

Sedangkan Blackwater kendati penghasilannya tak sebesar DynCorp dan Halliburton, nilai dollar yang diperoleh tetap sangat besar.

Personel yang dikirim ke Irak juga berbeda karena Blackwater hanya mengkhususkan diri untuk para veteran perang dan bertugas secara khusus.

Misalnya melakukan pengawalan VIP, melatih pasukan antiteror Irak, serta tugas yang cenderung menghadapi aksi perlawanan bersenjata.

BACA JUGA:Gawat! Rusia Siap Kirim Jet Tempur Su-35 ke Indonesia Tapi Terancam Dibatalkan Amerika

Oleh karena itu, korban yang jatuh saat bertugas umumnya dimulai dari tenaga kerja Blackwater.

Misalnya saja, dalam sebuah serangan yang merontokkan helikopter tempur AS di Fallujah empat personel yang tewas merupakan anggota Blackwater.

Di kawasan Najaf markas Blackwater pernah digempur ratusan militan Irak dan mereka harus bertahan mati-matian sebelum pasukan koalisi tiba.

Sejumlah anggota Blackwater dan serdadu koalisi tewas karena mereka digempur dengan ratusan peluncur granat.

Tak hanya AS saja yang mengerahkan perusahaan-perusahaan yang menyediakan para tentara bayaran.

BACA JUGA:Begini Cara Mengenali Pangkat Anggota TNI dari Mobil Dinasnya

Inggris yang merupakan sekutu utama AS pun tak mau ketinggalan dan melibatkan perusahaan penyedia tentara bayaran, Control Risks serta ArmorGroup.

Tentara bayaran profesional yang dikirimkan oleh perusahaan kelas wahid itu berasal dari satuan-satuan elit yang sudah sangat terkenal dan personelnya berasal dari berbagai negara.

Umumnya baik perusahaan penyedia tentara bayaran dari AS maupun Inggris sama-sama menyediakan tenaga profesional dari mantan pasukan elit.

SDM satuan para personel yang di Irak tampil tanpa seragam tapi menyandang senjata tempur itu antara lain berasal dari satuan elit dunia yang sudah sangat popular.

Di antaranya, US Navy seal, Special Forces, Special Air Service (SAS) , pasukan para, veteran perang Rusia di Chechnya, Kolombia, dan satuan-satuan seram lainnya.

BACA JUGA:Rakyat Irak Ngotot Gulingkan Saddam Hussein, Tapi Takut Dijajah AS

Setiap personel tentara bayaran yang bertugas meskipun tanpa seragam dan berpakaian bebas selalu mengenakan identitas yang tersembunyi di balik rompi atau bajunya.

Identitas itu penting karena jika sewaktu-waktu mereka gugur bisa diketahui jati diri dan dari pihak mana mereka dikirim.

Lalu apa yang sebenarnya dicari oleh para petualang tempur yang datang ke Irak dengan risiko kehilangan nyawa?

Jawabannya sederhana, seperti perusahaan yang mengirimkannya mereka juga sama-sama menginginkan uang dalam jumlah besar.

Mereka bahkan merasa puas karena dalam dunia kacau seperti itulah dirinya merasa berguna sekaligus mendapatkan bayaran besar dalam waktu singkat, minimal 1.500 dollar AS per hari.

Tugas mereka memang bukan sengaja mencari-cari gerilyawan Irak dan bertempur secara frontal.

Tapi menjalankan tugas khusus melindungi fasilitas AS dan sekutunya serta melindungi orang-orang Barat yang sedang mengerjakan proyek.

Para pekerja proyek juga ada yang berasal dari tentara bayaran terutama para personel yang menguasai teknologi penerbangan, bandara, komputer, komunikasi, perminyakan dan lainnya.

Biasanya jika fasilitas atau rombongan pekerja proyek itu disergap oleh gerilyawan Irak, personel tentara bayaranlah yang pertama kali menghadapi.

BACA JUGA:Kisah Bung Karno di Akhir Kekuasaan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak

Sambil bertempur mereka menghubungi pasukan sekutu guna menuntaskan aksi para gerilyawan itu.

Lantaran pasukan perlawanan Irak kerap menggempur dengan taktik nekat dan tak segan-segan mengerahkan pembom bunuh diri, telah banyak tentara bayaran yang jadi korban.

Pasalnya para penyerang Irak kini lebih suka menyergap tentara bayaran sebagai sasaran favorit mengingat jumlahnya yang sedikit dan hanya bersenjata ringan.

Dalam sebulan, kadang sekitar 5-6 personel tentara bayaran tewas disergap pasukan perlawanan Irak.

Jika sedang apes, sejumlah tentara bayaran malah berhasil ditangkap gerilyawan, disandera, disiksa, dan kemudian dibunuh.

Para pekerja yang bukan tentara bayaran yang berasal dari Jerman, Perancis, dan Rusia akhirnya memilih pulang kampung daripada harus menghadapi keberingasan gerilyawan Irak.

Sedangkan mereka yang memilih terus bekerja minta jaminan asuransi yang nilainya menjadi sangat besar 250.000-500.000 dollar AS per orang.

Untuk mengantisipasi sergapan yang makin menjadi-jadi itu, kini para tentara bayaran dilengkapi senjata-senjata berat dan bertugas dalam tim berjumlah besar.

Jumlah kekuatan tentara bayaran di Irak bahkan merupakan yang kedua setelah pasukan koalisi.

Bedanya, tentara bayaran mendapat gaji yang lebih besar dibanding tentara reguler sekutu.

Tapi mereka tetap memiliki risiko yang sama, bertaruh nyawa di medan perang Irak yang kini justru makin kisruh keadaannya.

BACA JUGA:Mohamed Salah, Pahlawan Liverpool yang Mengubah Pandangan Rakyat Inggris Terhadap Islam

Artikel Terkait